Cari

Belajar Efektif dan Fun di WaGoMu#JapaneseClass

Artikel Terbaru

  • Belajar Bahasa Jepang

    Apa cuma Aku yang Ngerasa Bahasa Jepang aku beda sama para Native?

    Udah belajar bahasa Jepang cukup lama, ada yang udah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk menguasai bahasa Jepang. Pada akhirnya berhasil dapet kerjaan ke Jepang, dan mulai mempertanyakan 1 hal, "Kok bahasa Jepang aku kaya ada yang beda ya sama yang dipake orang Jepang?" Bahasa Jepang yang aku pake ga salah tapi kok kaya ada yang beda, terkesan ga natural kalau dibanding sama orang Jepang. Nah aku yakin diantara kalian banyak yang pernah ngerasain itu. So, kali ini aku mau coba bahas dikit mengenai ngobrol layaknya para native. 

    Kemarin aku udah sharing-sharing cara nerjemahin kalimat untuk pemula ya guys. Gimana udah pada terbiasa? Coba dikit-dikit mulai ngomong bahasa Jepangnya secara spontan ya. Kali ini aku coba sharing next levelnya nih. Gimana cara supaya ngomong kaya orang Jepang. Nah kalau ada yang ngerasa ngobrolnya belum kaya native, menurut aku ada cara berfikir yang mungkin belum selaras dengan gimana orang Jepang berfikir sebelum mereka berbicara. Nah aku coba kasih contoh kalimat gini ya.

    Kinou no barentaindee ni tomodachi ga takai chokoreeto o katte kuremashita.
    昨日(きのう)のバレンタインデーに(とも)(だち)(たか)いチョコレートを()ってくれました。
    Valentine kemarin aku dapet coklat mahal dari teman.

    Kalimat tadi itu kalimat yang mungkin kalian temukan di textbook, dan ini kalimat yang bener secara ilmu bahasa. Tapi, orang Jepang gak akan ngomong seperti itu. So kita mau coba arrange kalimat tadi jadi gimana orang Jepang biasanya ngomong ya, sambil aku jelasin step gimana biar lebih natural.

    1. Mengerti apa yang ingin kalian ucapkan?

    Kalimat tadi itu kalimat yang cukup panjang, dan aku yakin orang Jepang gak akan ngomong kalimat panjang disekaliguskan seperti itu. Tapi pertama-tama dari kalimat tadi kalian ngerti ga apa yang ingin kalian sampaikan? Atau lebih tepatnya apa yang paling ingin kalian sampaikan? Mungkin tiap orang beda-beda ya apa yang ingin disampaikannya, so sebagai contoh dari kalimat tadi kita asumsikan yang ingin disampaikannya adalah "dibelikan coklat di hari valentine" ya. Informasi lainnya orang lain mungkin ga begitu peduli. Jadi pahami dulu apa yang ingin kalian sampaikan, dan kita masuk ke point berikutnya

    2. Sebutkan dari yang ingin disampaikan duluan.

    Contoh dari point 1 tadi kita ingin sampaikan "dibelikan coklat di hari valentine", jadi sebutkan dulu yang paling penting atau yang paling ingin disampaikannya dulu. Kalau dari contoh tadi akan jadi seperti ini kan ya

    Kinou no barentaindee ni chokoreeto moratannda
    昨日(きのう)のバレンタインデーにチョコレートもらったんだ
    Valentine kemarin aku dapet coklat loh

    Sebutin dulu yang paling penting, kemudian kita masuk ke point berikutnya yaitu

    3. Sebutkan pendek-pendek aja. 

    Orang Jepang setau aku ga suka denger kalimat panjang-panjang, makanya mereka lebih memotong-motong kalimat panjang jadi kalimat yang pendek-pendek. Setelah kita sebutkan point utamanya, baru kita lanjutkan dengan point tambahannya. Jadi berurutan gitu dari yang penting ke yang kurang penting. Oh iya jangan lupa tambahin juga kata-kata penghubung seperti それで, で, けどさ, dll supaya lebih natural ya. So, kalimat panjang tadi kita bisa potong jadi seperti ini,

    Kinou no barentaindee ni choko morattanda
    昨日(きのう)のバレンタインデーにチョコもらったんだ
    Valentine kemarin aku dapet coklat loh

    Soredesa, tomodachi kara nandesu keredo
    それでさ、ともだちからなんですけれど
    Terus, aku nerima dari temen ya

    Choko wa takai mono rashii yo
    チョコは(たか)(もの)らしいよ
    Dan ini katanya coklat mahal loh

    Dibandingin sama kalimat pertama yang kita buat udah ga kaya textbook lagi kan? Setelah kita potong jadi 3 kalimat pendek, makin kerasa kaya orang Jepang banget ga sih? Kalian sering juga pasti denger kalau di anime pada ngomongnya pendek-pendek gitu. Oke aku mau kasih contoh 1 lagi, ada kalimat seperti :

    Eki no chikaku ni koohii ga umakute, sugoku oshare na kafe e tomodachi to ikimashita.
    (えき)(ちか)くにコーヒーがうまくて、すごくおしゃれなカフェへ(とも)(だち)()きました。
    Aku pergi ke kafe cantik banget dan kopinya enak yang ada di dekat stasiun bersama teman.

    Kalimat ini panjang banget loh, orang Jepang biasanya ga akan ngomong panjang gini. So coba pake cara tadi ya

    Sugoku oshare na kafe e ittannda !
    すごくおしゃれなカフェへ()ったんだ!
    Aku pergi ke kafe yang cantik banget loh!

    De tomodachi to itta kedo sa
    で、(とも)(だち)()ったけどさ
    Terus, aku berangkat sama temen kan, 

    Eki no chikaku ni atte, koohii mo umainda yo
    (えき)(ちか)くにあって、コーヒーもうまいんだよ~
    Tempatnya deket sama stasiun dan kopinya juga enak loh!

    Nah gitu udah kebayang belum cara-caranya? aku mau coba tambahin informasi penting ya. Ketika bicaranya pendek-pendek itu ada fungsi lain sebenernya, yaitu kita ngasih kesempatan lawan bicara untuk (あい)づち (aidzuchi) atau semacam reaksi yang diberikan selama ngobrol biar nunjukkin udah paham atau engganya gitu ya contoh kaya Hmm~, hee~, sou nanda~. Jadi lawan bicara lebih gampang ngasih aidzuchi tadi gitu ya. Seakan-akan kaya kita ngomong pendek, terus ada reaksi, ngomong pendek, terus ada reaksi, dan seterusnya. Kalau gini kan pembicaraan bisa lebih panjang, bisa lebih meluas, dan bikin suasana yang lebih baik sambil liat reaksi lawan bicaranya.

    Kalau pendek-pendek omongan kita pun akan jadi lebih mudah untuk dicerna oleh pendengar. Ini ga hanya ngomongin dalam bahasa Jepang sih, kalian kalau ngobrol pake bahasa Indonesia juga coba aja pake cara ini. Aku yakin ngobrol ga akan berbelit, bakal lebih enak dan mudah tersampaikan. Kalau dengerin orang ngomong panjang lebar malah jadi "intinya mau ngasih tau apa sih kamu?" gitu kan? Mereka akan ngerasa kaya ga ngobrol sama manusia, malah kaya ngobrol sama robot atau AI gitu.


    So kesimpulannya kalau mau ngobrol kaya native Jepang salah satu yang aku pelajari adalah pahami apa yang ingin disampaikan, sebutin dulu yang paling ingin disampaikan, dan jangan panjang-panjang tapi bikin urutan kalimat pendek berdasarkan seberapa penting informasinya. Aku kasih kesimpulan lain yang mungkin lebih mudah dipahami sama kalian ya. Jadi kalau mau ngobrol kaya native cobalah ceritakan dari jawabannya dulu, baru kita kasih penjelasan di setelahnya

    Kaya yang aku mention di konten sebelumnya juga kan ya, orang Jepang nyebutin yang paling ingin disampaikan duluan. Jadi kalau agak beda dikit sama pola kalimat benernya ga apa-apa ya kalau lagi ngobrol santai sama native. Pola kalimatnya beda sama yang di textbook jadi ga S K O P gitu ga masalah. Buat lawan bicara kalian ngerti apa yang ingin disampaikan kalian dulu baru tambahin informasi lainnya.

    Nah sekarang udah tau kan point-point yang perlu diperhatikan biar ngobrol kaya native? Coba kalian bisa ga ya praktekin cara ini? Atau bisa deh kalian latihan pake kalimat-kalimat di textbook terus kalian arrange ke cara orang native bicara. Perlu diperhatikan ya, ini biasa digunakan saat ngobrol sehari-hari aja, so dalam konteks yang lebih formal seperti dalam meeting atau semacamnya, sebenernya ga 100% seperti yang aku sampaikan tadi. So gimana pembelajaran hari ini? Kalau ada yang ingin aku bahas di konten berikutnya bisa komen aja biar aku bantuin ya. 

  • Belajar Bahasa Jepang

    Materi bahasa Jepang DASAR bukan bahasa sehari-hari?

    Untuk kalian yang udah pernah tinggal di Jepang atau minimal sering nontonin media-media Jepang seperti anime, drama, lagu, acara TV Jepang, kalian pernah ga sih mempertanyakan kenapa bahasa Jepang yang aku pelajari beda sama yang ada di buku? Atau mungkin kaget setelah nontonin percakapan sehari-hari di Jepang ternyata beda sama bahasa di textbook kalian? Ga perlu kaget, aku mau coba bahas kenapa materi bahasa Jepang DASAR bukan bahasa yang digunakan di sehari-hari. Kita coba masuk ke pembahasan yuk.

    (わたし)はマイク・ミラーです

    Nah yang belajar bahasa Jepangnya dari Minna no Nihongo pasti kenal banget sama kalimat tadi ya. Kalau kalian belajar dari buku, sebagai contoh aku ambil buku Minna no Nihongo. Di awal-awal kalian pasti belajar dulu kosakata dan pola kalimat yang nuansanya formal, atau kaku. Partikel penanda predikatnya masih pakai ...です, ...ます, ...ました dsb. Di awal-awal kurang dikenalkan gitu bahasa yang umum digunakan di keseharian. Nah sepemahaman aku setidaknya sampe N4, buku textbook memang kurang mengenalkan bahasa dengan nuansa casual, dan dibahasnyapun di akhir-akhir bukan di awal pelajaran. Jadi banyak orang yang ngerasa aneh ketika menonton media Jepang ternyata bahasa yang native gunakan ternyata beda dengan yang dipelajari di buku. Padahal sama, tapi karena penyampaian dari buku-buku itu selalu menekankan bahasa yang formal bukan bahasa yang casual. Sedangkan bahasa yang sering digukanan dalam keseharian adalah bahasa yang casual.

    Memang sebeda apa? Nih contohnya ya

    1. Orang ga ngomong 今日(きょう)(あつ)いですね tapi 今日(きょう)(あつ)いね, nah ga pake です kan?. 

    2. Ada juga bukan ngomong もう()べましたが、まだお(はら)()っています tapi lebih familiar もう()べたけど、まだお(はら)()ってる, nah mulai kerasa banget bedanya kan?

    Itu aja dah aku contohinnya. Secara garis besar bahasa formal dan casual ga beda jauh, tapi ada perbedaan yang membuat nuansanya memang kerasa beda. Terlepas nuansanya, meskipun orang Jepang cenderung sopan, dan agak kaku sama aturan. Mereka tetap menggunakan bahasa casual di keseharian layaknya warga negara lainnya. Orang yang belajar bahasa Jepang dari buku aja, setelah tinggal di Jepang, sebulan atau dua bulan berikutnya langsung lebih terbiasa menggunakan bahasa casual, karena kesehariannya pake bahasa casual bersama warga sekitarnya. Pengalaman pribadiku pun sama, aku datang ke Jepang memang awal-awalnya suka pake bahasa formal ke orang lain, tapi lama kelamaan malah jadi lebih nyaman pake bahasa casual, terutama ke orang yang udah kenal. Kerasa banget dah lebih nyantei juga ngomongnya.

    Kalau bahasa formal tidak dipakai di keseharian, terus buat apa dipelajari?

    Nah ini pertanyaan yang pernah aku temukan di Youtube. Bahkan ada konten kreator yang menyebarkan ajaran ga perlu belajar bahasa formal atau bahasa textbook karena ga dipakai di keseharian di Jepang. So aku sebutin kesimpulan jawaban aku dulu ya : KALIAN SALAH BESAR. Sehari-hari kita memang ngobrol pake bahasa casual, karena ya kita ngobrolnya sama orang yang udah kita kenal, udah akrab juga, sehingga lebih nyaman ngobrol dengan nuansa nyantai kan. Memang sih orang Jepang pun ngobrol sama orang yang dia ga kenal ada kalanya pakai bahasa caual kok. Nah kasus seperti itu biasanya ngobrolnya ketika nuansa yang nyantai. Kaya waktu nanya jalan kan ga usah kaku kaku gitu, ya ga beda jauh lah orang Indonesia juga gitu kan. 

    Nah pertanyaannya lawan bicaranya suka ga tuh di ajak ngobrol pake bahasa kasual sama orang yang ga dikenal atau yang posisinya mungkin dibawah mereka? Kalau lawannya ga suka, hal yang tidak diinginkan bisa jadi terjadi tuh. Jadi bahasa formal itu bahasa yang paling aman untu dipake ke semua orang, kecuali dipake ke orang yang udah akrab banget. Karena kesannya malah jadi kurang menghargai pertemanan. Kan udah akrab kok masih kaku aja ngobrolnya? Hehe.

    Selain itu pernah ga kalian berada di posisi dimana kalian memang perlu ngomong pake bahasa formal, seperti kalian jadi waiter/waitress di restoran, atau kalian kerja di hotel dimana kalian perlu ngomong sopan sama pelanggan. Dalam kasus seperti itu kalau kalian ngomong ke pelanggan pakai bahasa casual, sama aja kalian mengikat tali ke leher sendiri. Jangankan bahasa casual, bahasa formal pun sebenarnya kurang bagus kalau ke pelanggan. Alangkah baiknya kalian pakai bahasa sopan atau (けい)() (kegio) ke pelanggan. 

    Jadi udah tau kan alasan kenapa bahasa formal duluan yang dipelajari di buku pelajaran bahasa Jepang? Supaya kalian terbiasa menggunakan bahasa yang paling aman dulu biar ga nyusahin diri sendiri waktu di Jepang. Eh tunggu, tadi ke mention bahasa sopan beda sama bahasa formal?

    Beda ya, dalam bahasa daerah di Indonesia pun banyak juga yang ada nuansa sopan ya, contoh bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Nah (けい)() (kegio) atau bahasa sopan dalam bahasa Jepang pun dibagi menjadi 2 yaitu (そん)(けい)() (sonkeigo) yang meninggikan lawan dan (けん)(じょう)() (kenjougo) yang merendahkan diri. Kali ini aku ga akan bahas detil bahasa sopan dalam bahasa Jepang, tapi kita coba fokus ke digunakan untuk apa bahasa sopan itu? Di Jepang bahasa sopan sering digunakan dalam konteks yang lebih tinggi seperti profesional atau bisnis. Makanya di dunia kerja yang berada di posisi menghubungkan perusahaan dengan pelanggan (B2C) atau bahkan menghubungkan dua perusahaan (B2B) diharuskan menggunakan bahasa yang sopan karena kalian mewakili perusahaan kalian. Kalau kalian pake bahasa casual, itu akan memberikan kesan perusahaan kalian tidak menghargai atau menganggap rendah pelanggan atau perusahaan client. 

    Terus seperlu itu kah mempelajari ketiganya ?

    Kalau udah tau fungsi masing-masing nuansanya, sekarang kita masuk ke seperlu apa kita pelajari semuanya. Seberapa perlunya aku tanya ke kalian langsung. Kalian mau terus naik level ga? Mau terus naik jabatan ga? dan mau terus naik kualitas hidup kalian di Jepang? Aku bilang kalian perlu bisa menguasai ketiganya, bisa memisahkan kapan pake bahasa casual, formal sampe ke bahasa sopan. Karena ga mungkin perusahaan menenpatkan orang yang ga bisa menguasai ketiganya di posisi yang crusial seperti penghubung ke perusahaan atau client. So kesimpulannya apa kalian masih ngerasa ga perlu menguasai ketiganya karena sehari-hari cuman pakai bahasa kasual? Kalau kalian bener-bener berfikir seperti itu silahkan tulis dikomentar pendapat kalian, aku ingin tau pendapat kalian. 

  • Others

    Masalah Jepang yang besar tapi dianggap kecil oleh sebagian orang

    Kali ini mau ngomongin Jepang lagi nih. Dengan teknologi, etos kerja, bahkan inovasi-inovasi mereka, Jepang berhasil berkembang menjadi negara maju, dan menjaga ekonomi negara mereka. Negara yang memiliki teknologi yang cangih ini pun, tetap menjaga budaya dan tradisi mereka. Keindahan pemandangan alam dan perkotaannya, tarian kabuki, hingga permainan-permainan tradisional pun diwarisi dengan baik oleh warga Jepang. Kalau denger sampe sini aja, pasti orang akan ngerasa Jepang pasti negara yang sangat menarik, sehingga semua orang ingin tinggal di negara tersebut. Tapi ternyata Jepang memiliki berbagai masalah yang terjadi sudah cukup lama tapi tidak terlalu terekspose, atau bisa aku bilang masih banyak orang yang melihat masalah ini sebagai masalah kecil. 


    Pertama, yang udah sering aku bahas yaitu penurunan angka kelahiran, tapi populasi semakin tua. Sekarang penduduk Jepang udah banyak yang aware terhadap masalah ini, tapi ternyata sebagian besar dari mereka masih tidak begitu peduli. Aku sampai buat conten juga kan tentang prediksi tahun 2040 orang jepang akan punah. Waktu itu aku pernah bahas juga, bahwa masalah ini udah terjadi semenjak awal tahun 2000an, tapi penduduk Jepang memang tidak aware sama ini dan menganggap ini hanyalah masalah kecil yang seseorang pasti akan mengatasinya. Alhasil sampai taun 2024, angka kelahiran di Jepang tidak kunjung menaik malah yang ada menurun terus. Disaat angka kelahiran menurun, angka jumlah lansia terus meningkat. Hingga saat ini berada di tahap pemerintah Jepang membuka lebar pintu masuk warga asing yang ingin bekerja di Jepang. Ya ini jadi kesempatan yang bagus sih bagi kita-kita yang ingin kerja di Jepang.

    Tapi masalah populasi ini udah terlihat dari dulu tapi tidak kunjung dapat solusi yang membuat penduduk ingin punya anak. Nah kalau kita coba gali lebih dalam, sebenernya masalahnya tidak hanya disitu. Di konten sebelumnya aku sempat share juga hasil penelitian di akhir taun 2024. Singkat kata, penduduk tidak ingin menikah dan merasa lebih cocok hidup sendiri, ingin fokus berkarir, ingin prioritasin diri sendiri, dll. Pemikiran seperti ini lah yang menyembabkan masalah populasi di Jepang menurun terus. Sebagian memang tidak memiliki anak karena khawatir terhadap masa depan anaknya, karena mereka tidak percaya diri bisa mendidik anak, atau khawatir dengan kondisi ekonomi mereka sendiri. Ini masih jadi PR pemerintah Jepang untuk mengatasi bagaimana cara supaya warga tidak khawatir untuk punya anak. Hingga saat ini masalah ini masih belum mendapat solusi yang baik bagi pemerintah dan juga masyarakat Jepang.


    Kedua adalah Hikiromori. Jangankan penduduk Jepang, aku yakin kita warga asing pasti mikirnya Hikikomori adalah sebuah masalah yang kecil, masalah sepele gitu kan? Singkat kata, Hikikomori itu adalah kegiatan mengisolasi diri dari kehidupan sosial. Jadi dia mengurung diri di kamar sambil nonton, main game, di ajak ngobrol malah diem, ya beneran mengisolasi diri lah dari orang lain. Terlihan sepele kalau cuman aku jelasin seperti itu. Tapi tau ga berapa banyak warga Jepang yang Hikikomori? Saat ini tidak ada angka yang jelas, namun laporan terbaru dari pemerintah Jepang itu ada sekitar 1,5 juta penduduk yang Hikikomori, dan sebagian besarnya itu di umur produktif. Jumlah ini yang berdasarkan laporan aja, sehingga bisa jadi belum semua terhitung. Belum lagi jumlah ini terus meningkat setiap tahunnya.

    1,5 juta penduduk loh yang memilih untuk diem di kamar mereka. Bayangin kalau 1,5 juta penduduk tadi itu dia bekerja, dan produktif. Punahnya penduduk Jepang bukan di 2040 tapi bakal mundur kayanya. Bandara Haneda ga akan bikin statement kekurangan tenaga kerja, Jepang ga perlu ngebuka pintu lebar-lebar untuk tenaga kerja asing, ekonomi Jepang bisa lebih stabil malah bisa lebih baik. Absennya 1,5 juta penduduk ini efeknya selain kekurangan tenaga kerja, tapi bisa sampai memperlambat ekonomi Jepang. 

    Selain itu ga dikit juga loh, orang yang hikikomori itu udah masuk umur 40 ke atas, dan mereka masih hidup dibiayai orang tuanya yang udah berumur 60 ke atas. Ya, dia ngurung diri di kamar ga kerja ya, jadi mereka ga bisa ngasilin uang, jadi ujung-ujungnya masih mengandalkan dompet orang tuanya. Kalau udah gini yang pusing siapa coba? Ya orang tuanya ya. Meskipun yang paling dihawatirkan adalah kalau orang tuanya udah ga ada, terus itu yang hikikomori gimana nasibnya?


    Hikikomori tidak akan mucul begitu aja. Ada faktor eksternal yang membuat mereka memilih untuk mengasingkan diri. Sebagian besar itu karena tekanan berlebih. Beberapa contoh yang bisa aku angkat seperti pembulian di sekolah, tekanan pendidikan yang tinggi, atau tingkat stress tinggi di pekerjaan. Tekanan pendidikan disana ga main-main ya, contoh orang pada mikir seperti "ingin sukses harus masuk universitas unggul", nah biaya masuk universitas unggul itu mahalnya amit-amit, belum lagi universtias unggul bakal ngasih tekanan akademis yang lebih besar juga ke mahasiswa/i nya. Nah ga dikit orang yang ga kuat dengan tekanan itu sehingga memilih untuk hikikomori, sehingga angka hikikomori terus meningkat. Belum lagi kalau selama sekolah mereka dibuli, sama temen-temennya, nah double tuh tekanannya. Kemudian setelah lulus, mereka dapet kerjaan dengan tekanan yang tinggi. Ga cape tuh jadi orang Jepang?

    Seperti yang di awal aku sebutkan, Jepang itu negara maju dengan teknologi, etos kerja, dan inovasi yang bagus. Tapi ternyata Jepang saat ini mengalami kemunduran yang cepat atau lambat kalau ga ditangani bakal menghancurkan negara Jepang itu sendiri. Aku baru sebutin 2 di antaranya, tapi aku rasa masih ada masalah lain yang bisa merusak masa depan Jepang. Nah menurut kalian gimana ya? Kalau penduduk Jepang aware sama masalah tadi apakah bisa mengatasi masalah ini? Dan apakah kalian punya bayangan solusi yang bisa menyelamatkan Jepang dari kepunahan dan keterpurukan ini? Coba tuliskan pendapat kalian ya, aku mau denger pendapat kalian.

  • Kerja di Jepang

    Alasan kenapa liburan ke Jepang jauh lebih baik dari pada Kerja di Jepang

    Kerja di Jepang itu gini, kerja di Jepang itu gitu. Kok bosen ya, sekali-sekali kita coba refresing dulu dengan ngeliat hal baik yang ada di Jepang. Di Jepang itu banyak banget hal baik, dan aku yakin kalian pun pasti udah pernah denger beberapa hal baiknya ya. Ada yang bilang kulinernya mantap, pemandangannya indah, budaya keseharian orang lokalnya yang ramah dan bersih, dll. Ada banyak dah, dari pada kita liat terus yang sulit-sulitnya, atau yang berat-beratnya dari negara Jepang ini, yuk aku mau coba bahas alasan kenapa liburan itu lebih baik dari pada kerja ke Jepang. Apa yang aku mau bahas kali ini semoga aja secara tidak langsung bisa naikin montivasi kalian buat menginjakan kaki disana ya, baik mau sekedar libur, ataupun kerja. 


    Hal baik dari liburan ke Jepang yang pertama, meskipun ga dikasih tau sama aku juga kalian pasti udah pernah liat-liat kan pemandangan sakura di Taman Hirosaki, ataupun di kota-kota, dan taman-taman di Jepang. Pemandangan danau di Lima Danau Fuji, pemandangan musim gugur di Kiyomizudera, pemandangan unik di Hutan bambu Arashiyama, Deretan Tori di Kuil Fushimi Inari, Tori unik di danau Biwa, Air Terjun Nachi, dll. ada juga wisata bermain menarik seperti Universal Studio Japan, Tokyo Disneyland, berbagai macam aquarium besar, bahkan kalian jalan-jalan di perkotaan aja udah kaya lagi di dunia lain. Cobain jalan-jalan di Shibuya, atau Akihabara mungkin.



    Di Jepang itu ada banyak banget wisata yang bener-bener bisa jadi tempat healing kalian. Selama di sana sambil rasain kuliner mereka yang unik. Aku ga salah kan pake kata "unik"? Karena aku bisa jamin, kalian belum tentu suka, terutama buat orang Indonesia yang sehari-harinya makan makanan yang rasanya kuat. Tapi kuliner mereka ngasih rasa yang unik. So, bisa ilang lah penat kehidupan kalau healing ke Jepang. Sampai-sampai banyak yang udah pernah healing ke Jepang, mereka kebelet balik lagi buat lanjutin liburan part berikutnya hanya untuk muterin wisata-wisata di Jepang. 

    Populasi turis di Jepang meningkat drastis di beberapa tahun terakhir. Pernah liat berita orang Jepang pada ngeluh sama jumlah turis? Tapi eits, yang paling dikeluhkan sama penduduk lokal itu bukan hanya jumlahnya tapi kelakuan para turisnya, jadi nitip berperilaku sopan dan hargai budaya dan kebiasaan lokalnya ya. Jadi kalau main ke Jepang jaga kelakuan ya.

    Kalau kalian ke Jepang saat kurs YEN lagi turun, kalian bisa dapet harga yang lebih murah buat jalan-jalan loh. Tapi ini juga yang jadi salah satu alasan kenapa liburan ke Jepang malah jadi lebih menarik daripada kerja ke Jepang. Mulai dari sini, pembicaraanya mulai bergeser guys. Tadi kita udah dapet point bahwa liburan ke Jepang itu wah banget ya, nah kalau kerja beda tuh. Udah cape-cape kerja di Jepang dimarahin sama atasan, ternyata kurs YEN turun jadi waktu pulang cuman bawa uang sedikit. Belum lagi kalau selama kerja di Jepang kalian ga upgrade skill kalian, jadi stuck di level tertentu, ya udah deh pulang cuman bawa uang yang valuenya sedang turun. Ya Jepang memang lagi ngalamin beberapa masalah ekonomi, tapi kita ikut berdoa aja ya semoga aja kurs YEN bisa naik lagi. 


    Belum lagi kalau kerja ke Jepang kalian akan ngerasain budaya kerja yang memang gila banget. Pernah denger istilah karoshi (過労死)? Iya karoshi itu mati karena kebanyakan kerja. Ditambah dengan tekanan kerjaan yang gila juga, sampai angka bunuh diri di Jepang itu terbilang sangat tinggi untuk ukuran negara maju. Pemerintah disana udah berusaha untuk ngurangin angkanya, tapi ternyata tidak seefektif itu. 

    Kalau kalian mau kerja ke Jepang, sekarang coba tanya ke diri sendiri, setelah tau kerja di Jepang itu berat, apakah kalian siap kerja di Jepang? Kalian yang mungkin berleha-leha selama ini, terus berharap bisa hidup enak dengan bekerja di Jepang? Kalau mau enaknya sih aku saranin buat liburan aja ke Jepang mah. Kalian yang dibentak dikit sama atasan langsung mikir untuk resign, kalian yang dateng ke kantor yang penting keliatan kerja, kalian punya sifat nunda-nunda kerjaan atau belajar kalian. Kalian ga akan kuat deh, mending liburan aja ke Jepangnya, biar dapet enaknya aja.

    Artikel ini diawali dengan hal baik yang memberikan harapan kalau Jepang itu negara yang bagus, tapi tolong liat juga sisi negatifnya. Dan menurut aku sisi negatif yang paling aku rasain banget itu adalah sisi negatif di bagian bekerja di Jepang. Kalau aku simpulin, Jepang itu negara yang indah banget. Untuk healing sih Jepang itu negara yang bagus banget, tapi kalau mau bekerja aku saranin pikir-pikir dulu. Aku ga bilang kerja di Jepang itu ga layak ya, tapi kalian harus tau dulu kondisi budaya kerja di sana, sehingga kalian berangkat ke Jepang kalian ga akan kaget dan udah dalam kondisi mental yang kuat. Jangan sampai udah sampai di Jepang malah nangis ingin pulang ke Indonesia, padahal kontrak kerja baru aja di tanda tanganin. 

    Terus layak kah kerja di Jepang? kurs YEN memang menurun, tapi dengan tinggal di negara yang punya lingkungan yang sebagus Jepang sih aku masih ngerasa layak-layak aja ya. Seberat-beratnya kerja di Jepang selama kita bisa berusaha berdamai dengan kondisi kerjaan dan menyamankan diri selama tinggal di Jepang, kita pasti bisa enjoy selama tinggal disana. Liburan ke Jepang ga begitu mahal kalau dibanding ke negara indah lainnya seperti negara-negara di Eropa, tapi secara kualitas bisa bersaing dengan nuansa unik yang hanya bisa didapat di Jepang. Tapi kalau kerja kalian bisa stress, pusing, cape sama kerjaan yang budayanya gila, malah kalau ga hoki kalian bisa dapet tempat kerja yang toxic, banyak lembur tapi ga dibayar, dll. Kalau kalian ga bisa berdamai dengan budaya kerja di Jepang, aku yakin kalian ga akan betah bekerja di Jepang.

    Tapi menurut kalian gimana ya? Lebih baik ke Jepang untuk liburan dan healing-healing aja? Atau tetap memilih untuk kerja di Jepang? Coba tulis di kolom komentar ya, aku mau denger pendapat kalian. 

  • Belajar Bahasa Jepang

    Bagus ga ya belajar bahasa Jepang dari anime, lagu, atau drama ?

    Belajar bahasa Jepang lewat media2 seperti anime, lagu, dan drama Jepang itu bagus ga sih ?

    Nah  pertanyaan2 seperti di atas pasti udah sering denger
     Apalagi akhir2 ini aku sering ditanyain begitu sama mereka yang baru mulai belajar bahasa Jepang.

    Di Indonesia banyak yang suka nonton anime, dan drama Jepang, atau dengerin lagu2 Jepang, dan ga dikit dari mereka yang berujung tertarik belajar bahasa Jepang. Jadi kali ini aku mau coba bahas soal media2 tersebut bisa dijadiin media belajar ga yaa ? , kalau memang dijadikan itu ada plus minusnya ga ya ? Yuk langsung ke pembahasannya.

    Bahasa Jepang dalam ANIME, LAGU, dan DRAMA Jepang 

    Kalau kalian belajar dari 3 media ini apa aja sih yang bisa kalian dapatkan, dan apa aja sih yang perlu kalian perhatikan, yuk kita bahas.

    Point pertama yaitu bisa belajar listening. Banyak pelajar bahasa Jepang merasa kesulitan dalam melatih listening mereka. Nah 3 media ini dapat membantu kalian melatih listening bahasa Jepang. Karena tokoh2 dalam drama maupun anime mereka punya perbedaan kebiasaan berbicara masing2. Ada yang bicaranya cepet, ada yang pelan, terus perbedaan penggunaan intonasi2 juga. Ga beda jauh sama orang Jepang pada umumnya. 


    So, untuk melatih pendengaran, membiasakan diri mendengarkan bahasa Jepang, 3 media ini bisa kalian manfaatkan yaa, selain itu untuk kalian yang memang menyukai 3 media ini, kalian bisa belajar sambil menikmati konten yang kalian sukai.

    Point kedua, banyak yang bisa kalian ambil dari media2 tersebut. Salah satunya adalah bahasa Jepang kasual, atau yang biasanya digunakan dalam keseharian. Iya, banyak slang, dialek, ekspresi, hingga budaya keseharian mereka. Jadi dalam media2 ini kalian bakal dapat banyak mengenai bahasa non formal hingga budaya2 yang bisa jadi kalian ga dapat dari buku2 pelajaran.

    Iya, jadi orang belajar dari buku aja, bisa jadi akan kaget ketika datang ke Jepang.  
    "Lho kok mereka ngomongnya beda sama yang ada di buku?!?!"
    Buku2 pelajaran itu menjelaskan bahasa Jepang yang formal atau baku. Gimana aja di Indonesia, di Jepang pun ketika bicara sama orang2 yang udah deket seperti temen, keluarga, dll, itu kan ga ngobrol pake bahasa baku kan. Jadi dari media2 ini kalian bisa dapet bahasa2 yang sering digunakan dalam konteks keseharian.   



    Penting ternyata yah belajar dari media2 tersebut. TAPI Eitts!?!?!?, sebelum menyimpulkan seperti itu kita bahas point ke tiga dulu yuk. Bahasa2 yg digunakan itu ga selalu bahasa yang bagus yah, malah terkadang kesannya kasar. Jadi kalian perlu bisa milih mana bahasa2 yang bisa kalian adaptasi dalam keseharian kalian. Selain itu hasil terjemahan subtitle itu biasanya disesuaikan dengan budaya bahasa hasil terjemahannya. So sering banget kosakata atau pola kalimat diterjemahkan sedikit berbeda dengan maksud sebenarnya dalam budaya Jepang.

    So, kalian perlu juga tau konteks penggunaan kata/pola kalimat yang digunakan pada media2 tersebut. Nah di sinilah peran buku2 pelajaran, dan juga keberadaan mentor diperlukan. Karena apa yang kalian dengar dari media2 tersebut biasanya ga akan ada penjelasan kapan sebaiknya kalian menggunakannya. Kalau kalian pinter2 sih bisa aja kalian belajar otodidak dan mencari sendiri cara pake kata/pola kalimat tersebut. 

    Nah sekarang kita lanjut ke point ke empat, yaitu media2 tersebut khususnya anime dan lagu, mereka terkadang, atau mungkin sering kali menggunakan pola kalimat yang tidak sesuai dengan seharusnya. Di anime sering kali bahasa yang digukanan itu menyesuaikan dengan tokoh/karakternya sehingga muncul kebiasaan2 yang ga bagus untuk ditiru. Sehingga kalau kita tiru 100% malah membuat bahasa Jepang kita terkesan tidak natural.

    Beda lagi kalau di lagu2 Jepang, guna meningkatkan estetika lagu terkadang atau bisa jadi sering mereka menghiraukan pola kalimat yang benar. Kalau dari sisi drama, seharusnya kasus2 seperti ini lebih jarang terjadi, tapi tetap ada loh guna menyesuaikan dengan cerita. So, tetap hati2 ya dalam mengadaptasi bahasa Jepang dari media2 tersebut.



    Kesimpulannya, jika kalian milih untuk belajar bahasa Jepang lewat anime, lagu, atau drama, disarankan untuk tetap mengkombinasikannya dengan sumber belajar resmi seperti buku teks, atau dibimbing juga oleh mentor. Ini akan membantu kamu belajar bahasa Jepang secara lebih akurat. Karena kalau kalian belajar dari 3 media itu saja, setidaknya bahasa Jepang kalian pasti bakal aneh dan gak akan natural.

    So gimana kalau kalian ?
     Yang sekarang lagi belajar bahasa Jepang aku saranin gunakan media2 ini sebagai materi tambahan aja kali yaa. Jadi buku2 yang udah kalian beli, gunakan juga sebagai materi utamanya biar bahasa Jepang kalian masih tetap akurat.

    Semoga diberi kelancaran dan, (がん)()ってくださいね

  • Others

    Fakta Unik Ramadan di Jepang

    Bulan Ramadhan di Jepang punya tantangan dan keunikan sendiri buat Muslim yang tinggal di sana. Karena emang bukan negara mayoritas Muslim, suasana Ramadhan di sana nggak semeriah di negara-negara Islam lain. Tapi justru itu yang bikin pengalaman Ramadhan di Jepang jadi spesial dan berkesan. 


    Pemahaman Orang Jepang tentang Puasa

     Orang Jepang sebenarnya nggak asing sama konsep puasa. Mereka punya istilah danjiki, yang biasanya dipakai buat latihan spiritual para biksu Buddha dengan cara nggak makan dan minum.

    Nah, pas mereka tahu kalau Muslim juga puasa selama Ramadhan, banyak yang penasaran. Nggak jarang ada yang nanya, "Emang kuat kerja sambil puasa?" atau "Boleh nggak sih kalau kita makan di depan orang yang lagi puasa?"

    Tapi setelah dijelasin kalau puasa itu bukan cuma soal nahan lapar dan haus, tapi juga melatih kesabaran dan kedekatan sama Tuhan, mereka biasanya langsung paham dan malah jadi lebih menghargai. Ada juga yang jadi ikutan coba puasa buat ngerasain gimana rasanya.

    Durasi Puasa di Jepang

     Ramadhan tahun ini di Jepang datang pas transisi dari musim dingin ke musim semi, jadi durasi puasanya sekitar 13–14 jam per hari. Awal-awal Ramadhan masih agak pendek, sekitar 13 jam, tapi makin mendekati akhir bulan, siang makin panjang, jadi puasanya bisa sampai 14 jam. Di awal Ramadhan, udara masih dingin menusuk, tapi makin lama, hawa musim semi mulai kerasa, bunga sakura mulai bermekaran, dan suhu jadi lebih hangat. Jadi, selain menahan lapar dan haus, puasa kali ini juga bakalan jadi perjalanan menyesuaikan diri dengan perubahan musim.

    Ketersediaan Makanan Halal

     Soal makanan, pilihan halal di Jepang emang nggak sebanyak di Indonesia. Makanya, banyak Muslim di sana yang lebih pilih masak sendiri. Tapi kalau tinggal di kota besar kayak Tokyo atau Osaka, masih ada beberapa restoran dan toko yang jual bahan makanan halal. Selain itu, komunitas Muslim dan masjid juga sering ngadain buka puasa bareng, yang jadi ajang seru buat ketemu orang baru dan ngerasain kebersamaan. Buat yang jauh dari keluarga, buka puasa rame-rame ini jadi momen spesial biar tetap terasa hangat, meskipun jauh dari kampung halaman.

    Kegiatan Ramadhan Komunitas Muslim Jepang

     Kadang, komunitas Muslim di Jepang juga ngadain bazar Ramadhan, yang jualan makanan khas dari berbagai negara. Seru banget, soalnya bisa cobain macam-macam hidangan dari budaya Muslim lain, sambil sekalian kumpul dan ngobrol bareng komunitas Muslim di sana.

    Salat Tarawih tetap berjalan walaupun masjid di Jepang nggak banyak. Biasanya, Muslim di sana kumpul di masjid atau mushola kecil buat salat bareng. Di Tokyo, Masjid Tokyo Camii jadi tempat favorit buat yang mau buka puasa bareng, Tarawih, sampai ikut kajian. Walaupun kadang harus jalan jauh buat ke masjid, banyak yang tetap semangat karena bisa ngerasain kebersamaan dan makin dekat sama sesama Muslim.

    Ramadhan di Jepang emang nggak serame di Indonesia yang penuh suara azan dan penjual takjil di mana-mana, tapi tetap ada kehangatannya sendiri. Justru karena serba terbatas, komunitas Muslim di sana jadi makin kompak dan lebih ngerasain makna Ramadhan yang sebenarnya. Malah, buat sebagian orang, pengalaman ini bikin mereka lebih sadar dan lebih menghargai momen-momen kecil yang dulu mungkin dianggap biasa aja.

  • Kerja di Jepang

    Bisa gak kita Kerja sama orang Jepang dari Indonesia?

    Jalan buat kerja ke Jepang ada banyak. Mungkin aku sempet bahas macam-macam caranya juga ya di artikel sebelumya. Nah kali ini ada yang sempet nanyain tentang apakah bisa kerja sama orang Jepang dari Indonesia? Ya semacam remote ya jadi kerja di perusahaan atau untuk orang Jepang tapi kitanya di Indonesia gitu. Nah ni masih jarang ada yang tau, atau lebih tepatnya ga banyak yang nyobain ya jadi kurang diketahui. So aku mau coba bahas dikit soal ini.

    Kerja di Jepang itu cape banget ya, mungkin udah banyak yang denger juga tentang budaya kerja di Jepang seperti apa. Bahkan ada yang sampe baru kerja bentar terus nangis ingin pulang ke Indonesia. Sekeras itu guys budaya kerja di sana. Jadi kalau mental ga kuat-kuat amet ya siap-siap kena mental health waktu di sananya. Gaji besar tapi biaya hidup tinggi, disuruh lembur tapi belum tentu dibayar, tapi yang paling penting tekanan kerja yang sangat keterlaluan sampai orang Jepang aja banyak yang stress hingga berujung bunuh diri. Jadi kalau kalian kerja di Indonesia aja dikit-dikit minta healing, gimana kerja di Jepang?

    Tapi gimana ya ada ga sih cara supaya ga perlu ngerasain itu tapi kita kerja sama orang Jepang dari Indonesia gitu. Sebenernya ada, secara jumlah aku ga begitu tau sih, tapi ada loh, dan sebenernya menurut aku layak banget buat dicoba. Soalnya gini loh, kita kerja dari Indonesia tapi digaji kerja di Jepang. Dengan kata lain gaji kita dapet gaji Jepang tapi biaya hidup di Indonesia. Nah masalahnya ga segampang itu ya. Kebanyakan kerjaan yang seperti ini tuh kerjaan high skill atau yang butuh kemampuan tinggi. Makanya punya skill bahasa Jepang aja ga cukup, kalian harus punya hardskill dan portofolio yang dibutuhkan sama perusahaan penerima. Contohnya ingin jadi programer remote dari Indonesia, ya kalian harus bisa nunjukkin dulu kalian punya bahasa Jepang yang tinggi minimal untuk bisa bekerja profesional, serta skill dengan porftofolio yang meyakinkan buat perusahaan penerima.

    Sama dengan yang aku jelasin di artikel sebelumnya, kita bisa kerja ke Jepang atau kerja remote lewat jalur headhunter. Kalau lewat jalur ini skill bahasa yang aku saranin sih coba kejar level bisnis atau N2 ke atas ya. Biasanya sih N3 juga bisa, tapi kalau punya N2 atau N1 bisa lebih kuat posisi kalian. Jadi syaratnya memang serupa dengan kalian ingin kerja denga visa gijinkoku di Jepang gitu, karena yang dicari biasanya pekerja high skill.

    Kalau kalian nyarinya kerjaan yang ga perlu high skill dan portofolio yang bagus, ya lebih sulit sih nyari yang remote, untuk kalian yang gitu aku saranin carinya yang visa tokutei gino aja dengan catatan kalian kerjanya di Jepang langsung. Jadi silahkan pilih jalur karir kalian ya.

    Ya untuk sekedar cari pekerjaan tambahan sih kerja remote dari Indonesia menurut aku oke banget. Kenapa ? Karena kebanyakan pekerjaan remote itu hitungannya freelance gitu guys, jadi bukan berarti kalian jadi pegawai tetap gitu. Kalian dibayar setelah 1 projek selesai, dan udah aja. Kalau performa kalian bagus, mungkin aja perusahaan tadi akan pake jasa kalian lagi. Tapi kalau jelek ya sayonara ya, dan seperti itulah dinamika pekerja freelance.

    Kalau tertarik kalian bisa cari pekerjaan remote lewat website-website headhunter Jepang. Biasanya ada banyak jenis pekerjaan, dari yang remote sampe yang kerja langsung di Jepang. Orang-orang banyak yang bilang kerja ke Jepang bisa cari mandiri, nah ini salah satu cara buat cari kerja mandiri yaitu lewat website headhunter. Tapi inget ya, resiko ambil sendiri. Karena biasanya ga ada yang bantuin kalau kalian cari mandiri, jadi bagus jeleknya kalian harus terima.

    Maksudnya gimana? Ya bayangin aja gini, kalau remote ternyata perusahaannya lemot, apa apa lama, atau ga ngerti apa-apa, jadi kalian kerjanya repot. Mending sih kalau gitu, tapi kalau ternyata di PHPin sama perusahaan atau sama websitenya hhe kecewa kan. Yang kerja langsung ke Jepang juga resikonya besar ya, soalnya bisa aja ternyata perusahaan tempat kerja kalian ternyata black company gitu, wah kerja kaya orang gila nanti kalian. Udah tanda tangan kontrak lagi jadi mau ga mau selesain dulu kontraknya wah gawat kan.

    Kalau ga mau lewat website headhunter, alternatifnya ya dapet dari kenalan atau relasi kalian. Ya cara ini bisa jadi lebih sulit, karena kalian harus ke Jepang dan menjalin relasi dulu dengan mereka, tapi setidaknya karena dikenalkan oleh relasi kalian jadinya lebih ngerasa aman kali ya, selama relasi kaliannya ga macem-macem.

    Nah itu aja paling yang ingin aku share mengenai kerja ke perusahaan Jepang remote dari Indonesia. Ya setelah baca pendapat aku mungkin ada yang dapet sedikit gambaran tentang kerja remote ke perusahaan Jepang ya. Tapi kalau dari kalian ada yang punya pengalaman kerja remote ke perusahaan Jepang mungkin bisa ceritakan pengalaman kalian di kolom komentar ya, aku ingin tau pengalaman kalian.

  • Belajar Bahasa Jepang

    Seberapa efektif punya sertifikasi JLPT?

    Mau belajar bahasa Jepang? Udah kenal apa itu JLPT ga tuh? Emang bedanya apa kalau punya dan ga punya sertifikat JLPT? Terus rencananya mau ngejar JLPT level berapa? Nah kali ini aku mau coba cerita lebih nih untuk JLPT ya.

    Sertifikat dan sertifikat. Iya bahasa Jepang pun ga beda sama skill yang lainnya ya, ada sertifikat yang bisa dijadikan standar kemampuan bahasa Jepang seseorang. Nah kali ini aku mau bahas yang paling populer yaitu Japanese Language Proficiency Test atau biasa disingkat JLPT. Anggaplah seperti TOEFL dalam bahasa Inggris ya. Ada sertifikat lain buat bahasa Jepang, tapi sertifikat JLPT memang yang paling populer dan paling diakui di seluruh dunia. 

    Kalau kalian check di websitenya JLPT ada levelnya dari N5 yang paling beginer dan N1 yang paling fasih. Nah aku ga mau bahas JLPT yang tertulis di website mereka, so aku mau coba fokus bahas kalau udah punya sertifikasi JLPT terus kamu bisa dapet apa? Seberapa efektif mengubah hidup kalian ketika punya sertifikasi JLPT?

    Pertama, untuk kalian yang ingin kerja/sekolah di Jepang sertifikasi JLPT akan jadi sebuah kewajiban. Terlepas beberapa case seperti sekolah bahasa Jepang di Jepang memperbolehkan sertifikasi lainnya seperti JLCT, NAT-Test, dan J-Test. Tapi sebagian besar syarat buat kerja dan sekolah membutuhkan sertifikasi JLPT di level yang sesuai kebutuhannya. 

    Contoh kerja ke Jepang pakai visa specified skill worker N4 aja cukup kok, atau alternatifnya yaitu JFT-Basic A2 ya. Terus contoh lain untuk kerja pakai visa gijinjkoku atau bisa kita anggap profesional worker butuh setidaknya N3 bahkan kalau bisa N2 dan N1, Kenapa ? Singkat kata "persaingan", karena kalian perlu bersaing dengan semua job hunter di seluruh dunia, so aku saranin skill bahasa Jepangnya setinggi mungkin ya biar lembih gampang keterima kerjanya. 

    Dari contoh itu aku mau coba simpulin dikit. Iya, kalian bisa kerja ke Jepang dengan N4 menggunakan visa specified skill worker. Sekarang pertanyaannya apakah kalian mau jauh-jauh kerja ke Jepang buat kerjaan blue-collar seperti pekerjaan-pekerjaan kasar? Atau kalau kalian punya impian tinggi buat kerja di bagian white-collar seperti pekerjaan-pekerjaan kantor yang punya bayaran tinggi? Nah yang ini memang butuh skill bahasa yang lebih tinggi minimal N3 tapi usahain lebih dari N3 ya. So, silahkan pilih sendiri ya mau belajar sampe level mana. Tapi yang pasti baik blue-collar ataupun white-collar keduanya kalau kalian ga bisa manage uang kalian, uang kalian pasti tetep habis ya wkwk.

    Di point pertama aku bahas kalau kalian ke Jepang, di point ke-dua, aku bahas alternatif kalau kalian ga milih untuk kerja ke Jepang. Ada banyak perusahaan Jepang di Indonesia dan ga dikit dari perusahaan tersebut menginginkan pegawai yang bisa berbahasa Jepang. Dan sebagian besar mereka menggunakan JLPT sebagai standarisasi kemampuan bahasa Jepang para pelamar kerjaan. Mungkin ada yang ga wajib punya, meskipun casenya jarang. Tapi punya ga punya JLPT akan menentukan pandangan perusahaan terhadap kamu. Semakin tinggi level sertifikat JLPT kalian akan mempermudah mendapatkan pekerjaan impian kalian di perusahaan Jepang. 

    Selain itu, kalian juga bisa dapet peluang buat kerja sebagai penerjemah atau interpreter. Ada yang fulltime ataupun freelance, yang manapun gajinya menarik loh. Malah memungkinkan loh dapet bayaran 2 digit hanya dengan bekerja selama hitungan hari. Tentu kalian butuh skill bahasa Jepang yang tinggi seperti N2 atau bahkan N1. Tapi serius, banyak loh yang lulusan SMA yang udah lulus N2 mereka udah ga peduli lagi sama gelar akademinsnya. Soalnya mereka udah bisa makan lebih dari cukup dengan penghasilan mereka. 

    Malah kalau diitung-itung lulusan sarjana bahasa, pendidikan atau sastra Jepang standarnya punya skill bahasa Jepang setara JLPT N3, meskipun ga banyak yang lulus S1 dan punya N3 atau lebih. Jadi kalau kalian punya sertifikat N2, meskipun kalian lulusan SMA kalian bisa bersaing atau bahkan melewati lulusan S1 yang belajarnya cuman ngikutin standar kelulusan. 

    Udah mulai kebayangkan kalau punya sertifikat JLPT dapet benefit seperti apa?

    Sekali lagi "banyak loh lulusan non sarjana yang udah punya sertifikat N2 mereka ga peduli lagi dengan gelar pendidikan mereka". Disclaimer, bukan berarti aku bilang ga penting kuliah ya, tapi kalau kalian lulus N3 atau N2 setidaknya kalian udah punya kompetensi yang setara atau mungkin lebih dari para lulusan sarjana. So kalau kalian lulusan sarjana jurusan yang lain, kalian secara kompentensi jadi double degree tanpa harus kuliah sarjana bahasa Jepang lagi loh. 

    Menarik ga menurut kalian? So, aku mau nanya nih sama kalian, kalian mau belajar bahasa Jepangnya sampe level mana? Dan kalau udah di level itu mau dipake buat apa nih? Coba tulis dikomentar ya, semoga impian kalian semua bisa terkabul ya.

  • Others

    Homestay in Japan? Nih Alternatif Buat Tinggal di Jepang

    Kerja, kuliah, belajar bahasa Jepang, traveling, dan lainnya. Ada banyak tujuan untuk bisa ke Jepang ya. Tinggal pilih lah, ke Jepang untuk ngapain. Begitu pula pilihan tempat tinggal selama di Jepang. Kalau nyari di internet pasti banyak yang bilang tinggal di apartemen atau di mansion, kalau jangka pendek pasti banyak yang nyaranin ke hotel aja. Tapi tau ga ada alternatif lain loh, so kali ini aku mau coba bahas tentang alternatif untuk tinggal di Jepang.

    Sebelum berangkat ke Jepang, 1 hal yang perlu diperhatikan adalah nanti tinggal dimana? Nah kalau nanya ke senpai kalian, jawabannya ga akan jauh, selain yang aku sebutin tadi mungkin ada juga yang jawab di warnet malem, atau di karaoke? Ga salah sih, kalian bisa aja loh tinggal di warnet atau karaoke paket malem. Secara biaya banyak juga masih lebih murah daripada di hotel. Tapi yang kalian dapet bisa jadi ga seberapa kalau dibanding di hotel ya. Jadi untuk jangka pendek ini jadi salah satu pilihan.

    Tapi tau ga ada 1 alternatif lain yang mungkin baru sedikit yang tau. Yaitu Homestay in Japan. Sesuai namanya kita homestay di rumah orang Jepang, atau kalau aku sih sebutnya kita menitipkan diri kita ke tuan rumah atau keluarga di sana. Jadi kita nginep di rumah keluarga di Jepang dan hidup bersama mereka. Belum kebayang? Nih gambaran singkatnya, kita bisa liat keseharian mereka lebih dekat, berinteraksi dengan mereka lebih mudah, dan diperlakukan seperti keluarga sendiri. Jadi seakan-akan kalian punya keluarga ke 2 selama tinggal di Jepang. Homestay mungkin udah terbilang umum di negara-negara barat. Namun untuk di Jepang ternyata belum begitu dikenal oleh orang Indonesia.  

    Tapi apa sih memang yang didapatkan selama homestay? Ini berdasarkan pengalaman aku yah, ada beberapa point yang aku mau coba highlight. Pertama yang paling penting adalah pengalaman hidup 1 atap bersama keluarga Jepang. Kalian ga akan dapetin pengalaman ini kalau kalian milih untuk tinggal di apartemen, mansion, atau akomodasi yang lainnya, kecuali kalian punya kerabat, atau sahabat orang Jepang kemudian kalian tinggal di rumah kerabat kalian. Dengan pengalaman ini kalian bisa liat budaya keluarga di sana secara langsung dan detil. Aku pernah tinggal di Jepang 1 tahun di apartemen bareng temen aku. Dan selama 1 tahun aku ga begitu kenal seperti apa sih orang Jepang, keseharian mereka seperti apa, sampe budaya yang ga terlihat di internet pun aku kurang tau tuh. Nah waktu nyobain homestay baru tau ternyata banyak budaya orang Jepang yang ga terekspose selama ini. Singkat kata aku dapet kesempatan untuk mengenal orang Jepang lebih dalam lagi. FIY, aku baru tau juga ternyata kalau kalian ada PR dari sekolah dan kalian minta bantuan ke tuan rumah buat nanya-nanya soal PRnya juga bisa loh hehe.

    Nah yang kedua, udah ga perlu mikirin makan dan keamanan selama disana. Homestay ada 2 pilihan paket, ada yang include sarapan dan makan malam, atau paket yang include sarapan aja. Makan siang juga bisa kok ditambahin di paket optional. Jadi kalian nanti bakal disiapkan dan makan bareng keluarga disana, sambil makan bareng bisa sambil ngobrol, sambil PDKTan gitu, dan kalau ada apa-apa selama tinggal di Jepang pun keluarga host pasti bakal bantuin, kalau sakit bakal dirawat, jadi kalian ga perlu khawatir selama tinggal di Jepang. Seperti yang tadi aku sebutin, kalian akan diperlakukan sebagai keluarga juga disana. Jadi beneran ngerasain punya keluarga kedua di Jepang. Selain itu udah termasuk juga fasilitas seperti AC, listrik, air, gas, dan alat-alat hidup atau perabotan lainnya. Jadi udah ga pusing kan.

    Ketiga adalah fleksibilitas. Tuan rumah yang terdaftar ada tersebar luas di seluruh daerah Jepang. Sehingga kalian ga perlu khawatir ga ada host yang mau nerima untuk kalian homestay. Kalau tujuan ke Jepangnya sekolah, nanti bakal dicariin yang deket sama sekolahnya. Kalian bisa juga request tuan rumah seperti apa yang diinginkan. Contoh saya muslim jadi ga bisa makan daging babi dan minum sake. Nanti kalian akan disiapkan makanannya yang ga mengandung itu. Ga ingin ada anak kecil atau binatang di rumah hostnya, ingin host yang bisa bahasa Inggris, dll. Nanti dicarikan juga yang sesuai kriteria kalian. Kalau belum lancar bahasa Jepang pun kalian berkomunikasi pake kamus atau aplikasi terjemahan juga bisa ya, mereka welcome banget kok sama orang asing.

    Keempat ini sesuatu yang berhubungan dengan masalah selama homestay, semoga ga ada masalah sih ya, tapi aku garis besarkan support dari Homestay in Japannya. Selain fleksibilitas tadi, kalau kalian diperlakukan tidak baik atau ngerasa tidak cocok dengan tuan rumah, tim Homestay in Japan siap bantuin kalian untuk mencarikan tuan rumah yang baru. Jelas harus ada alasan yang kuat ya untuk bisa ganti tuan rumah. Tapi kalian ga akan dilantarkan begitu aja kok selama berjalannya homestay. 

    Nah udah lebih kenal kan sama homestay in Japan seperti apa? Secara garis besar aku simpulin, dengan homestay di Jepang bisa dapet kesempatan untuk gabung jadi keluarga orang Jepang dan bisa liat budaya dan kebiasaan mereka yang lebih dalam lagi. Ga longstay pun menurut aku sih sekali sekali mah bagus untuk nyobain homestay. Setidaknya untuk memperluas koneksi dan pengetahuan sih ya. Kaya yang tadi aku ceritakan, setaun tinggal di Jepang tapi masih kurang kenal orang Jepang tuh orang-orang yang seperti apa, itu kan sedih banget ya, jadi setaun ngapain aja? Gaulnya sama orang Indonesia lagi jadi kurang kenal sama warga lokalnya. Aku yakin juga sih yang tinggal berdua atau di asrama yang banyakan, nanti di sana pasti gaulnya sama sesama orang Indonesia. Bagus sih kalau di asrama gaulnya sama orang asing dari negara lain. Jadi bisa dapet koneksi international bahkan bisa dapet skill bahasa Inggris juga kali hehe.

    Untuk lebih detilnya bisa lirik website atau instagram mereka nih guys. Tapi menurut kalian gimana ya? Apa menurut kalian homestay in Japan ini menarik kah? Kalian ingin ikut homestay atau mending hidup sendiri di apartement atau sebagainya? Coba ceritain di komentar ya guys aku ingin denger pendapat kalian.

  • Kerja di Jepang

    #KaburAjaDulu ke Jepang Jadi Pilihan Bagus??

    #KaburAjaDulu yah ini viral ya sampe masuk ke top trending. Intinya tagar ini ngajak masyarakat untuk merantau aja keluar negara Indonesia karena berbagai masalah yang sedang terjadi di Indonesia, dimana salah satunya kondisi sulitnya mencari kerja di Indonesia. Ya kebanyakan isinya memang lebih ke opini pribadi tentang keadaan Indonesia saat ini, dan di tengah sulitnya keadaan mereka ngajak orang lain buat ikut merantau ke luar negeri. Apakah ini sebuah keputusan yang tepat? Hmm yuk kita coba bahas. Disclaimer ini mungkin ada kaitannya dengan politik, dll tapi aku ga akan ngebahas jauh-jauh ke sana, cuman mau share pendapatku mengenai tagar #KaburAjaDulu.

    Oke, aku sih udah sering sharing macem-macem mengenai kerja di Jepang ya. So, relate banget waktu aku liat tagar ini masuk ke top trending. Kebetulan Jepang pun saat ini lagi membuka lebar pintu mereka untuk para pekerja asing. Jadi selama udah dapet kualifikasinya kalian ga sulit sebenernya buat bisa keterima kerja di Jepang. Selain itu Jepang memberikan kualitas hidup yang nyaman loh buat kalian. So, jelas banget #KaburAjaDulu ke Jepang jadi salah satu pilihan buat kalian.

    Tapi apakah kalian yakin mau ikut-ikutan #KaburAjaDulu ke Jepang ? Inget loh kurs yen ga sebesar yang kalian bayangin ya. Belum lagi budaya kerja di Jepang itu keras banget, kalian yang kerja di Indonesia aja udah banyak ngeluh terus gimana kalau kalian kerja di Jepang? Aku sampe liat ada yang bikin story ingin pulang ga lama setelah mulai kerja di Jepang. Cape katanya, kerjanya keras, suka dimarahin sama atasan, dibuli sama rekan kerja, jadi pengen nangis kerja di Jepang. Terus ujung ujungnya mereka minta dipulangkan ke kumiai atau penyalur mereka. Jadi kalau mau ikut-ikutan #KaburDuluAja dan negara tujuannya Jepang, aku saranin jangan remehkan kerja di Jepang. Buang jauh-jauh pemikiran yang penting kerja di Jepang secepatnya tanpa harus bisa bahasa Jepang dulu, kemudian kuatkan mental kalian, biar engga setibanya di Jepang malah nangis minta dipulangin. 

    Aku ga bilang ga layak kerja di Jepang. Ya tadi aku bilang kurs yen memang ga sebesar yang dibayangin, tapi kalau kalian pinter manage uang, sebenernya ga sulit buat bisa nabung banyak selama di Jepang. Yang jadi tantangan sih sampe disana pasti banyak yang ingin di beli ya. Kalian lagi di Jepang loh, banyak barang yang hanya bisa dibeli disana, jelas bakal banyak godaan selama di sana, jadi kuatkan iman biar ga dikit-dikit beli barang ya. Biaya makan juga kalau kalian bisa masak sendiri usahain selalu masak senidri, dengan gitu kalian bisa mangkas biaya makan secara signifikan, dengan catatan boleh lah sekali-sekali makan diluar. Balik lagi bawa uang banyak dari Jepang mah ga susah, selama bisa manage uangnya.

    Tapi yang jauh lebih penting dari uang yang dibawa adalah dengan bisa berbahasa Jepang dan punya pengalaman kerja di Jepang jangka panjang. Ini akan meningkatkan value kalian di mata HR di perusahaan-perusahaan. Sekarang nyari kerja di Indonesia susah, salah satu alasannya adalah karena banyak masyarakat yang belum bisa atau siap kerja, atau setidaknya keliatannya ga bisa kerja padahal bisa. Jadi lu punya skillnya tapi karena ga punya pengalaman jadi ga keliatan bisa kerja sama HR. Ini sisi ribetnya nyari kerja di Indonesia sih, tapi aku ga mau bahas terlalu dalem bagian ini. Intinya kita perlu bisa nunjukkin kita bisa kerja dengan nambahin portofolio atau pengalaman kerja kita. Kebetulan di Jepang ga punya portofolio juga memungkinkan bisa kerja ya, jadi manfaatin momen kerja di Jepang buat nambahin portofolio atau pengalaman kalian. 

    Di Indonesia ada banyak loh perusahaan Jepang atau perusahaan yang bekerja sama dengan Jepang, jadi sebenernya kalian punya peluang yang terbilang besar untuk berkarir di Indonesia setelah bekerja jangka panjang di Jepang. Apalagi kalau kalian upgrade skill bahasa kalian terus selama di Jepang. Contoh kalian pergi ke Jepang bawa skill bahasa Jepang N4, dan pulang ke Indonesia bawa sertifikat dan skill N3 atau mungkin N2. Punya N2 ga jadi jaminan gampang cari kerja di perusahaan jepang. Tapi ga dikit perusahaan yang aku sebut tadi butuh tenaga kerja yang udah N2 ditambah pengalaman kerja jangka panjang di Jepang. Setau aku gajinya juga tinggi-tinggi ya, ga dikit lah yang sampe 2 digit. Kalau gitu kan kalian bawa potensi karir yang tinggi dan juga bawa uang juga buat memperbaiki ekonomi keluarga. 

    Tapi ya guys apa yang aku sebutin tadi ga semua orang bisa lakuin guys. Serius! Hanya mereka yang memang bener-bener berusaha yang bisa loh. Kebanyakan dari mereka yang kerja di Jepang cuman bawa uang, pulang ke Indonesia, ga lama kemudian uang yang dibawa tadi habis. Kenapa? Karena orangnya cuman bawa uang, ga bisa manage uangnya, dan ga bawa skill yang udah di upgrade yang bisa digunakan untuk lanjut karir di Indonesia. Jadi gunakan lah kesempatan kalian selama kerja di Jepang sebagai moment untuk ningkatin atau memperbaiki diri sendiri. Belajar bisa memanage uang, bisa kontrol nafsu sendiri, perluaslah pandangan kalian, dan yang penting belajar untuk selalu berusaha menjadi lebih baik. Ga ada kata telat untuk belajar. 

    Oke dari aku sih gitu aja ya guys, udah bacain pendapat aku masih tertarik #KaburAjaDulu ke Jepang? Kalau masih tertarik silahkan jalan untuk kerja ke Jepang itu ga hanya satu, kalau penasaran bisa check lewat link ini untuk cara-cara kerja ke Jepang. Tapi gimana ya menurut kalian #KaburAjaDulu ke Jepang apakah menjadi solusi buat kalian? Coba tulis dikomentar ya aku mau tau pendapat kalian.

J-Class, pernah diliput di :