Cari

Belajar Efektif dan Fun di WaGoMu#JapaneseClass

  • Others

    Masalah Jepang yang besar tapi dianggap kecil oleh sebagian orang

    Kali ini mau ngomongin Jepang lagi nih. Dengan teknologi, etos kerja, bahkan inovasi-inovasi mereka, Jepang berhasil berkembang menjadi negara maju, dan menjaga ekonomi negara mereka. Negara yang memiliki teknologi yang cangih ini pun, tetap menjaga budaya dan tradisi mereka. Keindahan pemandangan alam dan perkotaannya, tarian kabuki, hingga permainan-permainan tradisional pun diwarisi dengan baik oleh warga Jepang. Kalau denger sampe sini aja, pasti orang akan ngerasa Jepang pasti negara yang sangat menarik, sehingga semua orang ingin tinggal di negara tersebut. Tapi ternyata Jepang memiliki berbagai masalah yang terjadi sudah cukup lama tapi tidak terlalu terekspose, atau bisa aku bilang masih banyak orang yang melihat masalah ini sebagai masalah kecil. 


    Pertama, yang udah sering aku bahas yaitu penurunan angka kelahiran, tapi populasi semakin tua. Sekarang penduduk Jepang udah banyak yang aware terhadap masalah ini, tapi ternyata sebagian besar dari mereka masih tidak begitu peduli. Aku sampai buat conten juga kan tentang prediksi tahun 2040 orang jepang akan punah. Waktu itu aku pernah bahas juga, bahwa masalah ini udah terjadi semenjak awal tahun 2000an, tapi penduduk Jepang memang tidak aware sama ini dan menganggap ini hanyalah masalah kecil yang seseorang pasti akan mengatasinya. Alhasil sampai taun 2024, angka kelahiran di Jepang tidak kunjung menaik malah yang ada menurun terus. Disaat angka kelahiran menurun, angka jumlah lansia terus meningkat. Hingga saat ini berada di tahap pemerintah Jepang membuka lebar pintu masuk warga asing yang ingin bekerja di Jepang. Ya ini jadi kesempatan yang bagus sih bagi kita-kita yang ingin kerja di Jepang.

    Tapi masalah populasi ini udah terlihat dari dulu tapi tidak kunjung dapat solusi yang membuat penduduk ingin punya anak. Nah kalau kita coba gali lebih dalam, sebenernya masalahnya tidak hanya disitu. Di konten sebelumnya aku sempat share juga hasil penelitian di akhir taun 2024. Singkat kata, penduduk tidak ingin menikah dan merasa lebih cocok hidup sendiri, ingin fokus berkarir, ingin prioritasin diri sendiri, dll. Pemikiran seperti ini lah yang menyembabkan masalah populasi di Jepang menurun terus. Sebagian memang tidak memiliki anak karena khawatir terhadap masa depan anaknya, karena mereka tidak percaya diri bisa mendidik anak, atau khawatir dengan kondisi ekonomi mereka sendiri. Ini masih jadi PR pemerintah Jepang untuk mengatasi bagaimana cara supaya warga tidak khawatir untuk punya anak. Hingga saat ini masalah ini masih belum mendapat solusi yang baik bagi pemerintah dan juga masyarakat Jepang.


    Kedua adalah Hikiromori. Jangankan penduduk Jepang, aku yakin kita warga asing pasti mikirnya Hikikomori adalah sebuah masalah yang kecil, masalah sepele gitu kan? Singkat kata, Hikikomori itu adalah kegiatan mengisolasi diri dari kehidupan sosial. Jadi dia mengurung diri di kamar sambil nonton, main game, di ajak ngobrol malah diem, ya beneran mengisolasi diri lah dari orang lain. Terlihan sepele kalau cuman aku jelasin seperti itu. Tapi tau ga berapa banyak warga Jepang yang Hikikomori? Saat ini tidak ada angka yang jelas, namun laporan terbaru dari pemerintah Jepang itu ada sekitar 1,5 juta penduduk yang Hikikomori, dan sebagian besarnya itu di umur produktif. Jumlah ini yang berdasarkan laporan aja, sehingga bisa jadi belum semua terhitung. Belum lagi jumlah ini terus meningkat setiap tahunnya.

    1,5 juta penduduk loh yang memilih untuk diem di kamar mereka. Bayangin kalau 1,5 juta penduduk tadi itu dia bekerja, dan produktif. Punahnya penduduk Jepang bukan di 2040 tapi bakal mundur kayanya. Bandara Haneda ga akan bikin statement kekurangan tenaga kerja, Jepang ga perlu ngebuka pintu lebar-lebar untuk tenaga kerja asing, ekonomi Jepang bisa lebih stabil malah bisa lebih baik. Absennya 1,5 juta penduduk ini efeknya selain kekurangan tenaga kerja, tapi bisa sampai memperlambat ekonomi Jepang. 

    Selain itu ga dikit juga loh, orang yang hikikomori itu udah masuk umur 40 ke atas, dan mereka masih hidup dibiayai orang tuanya yang udah berumur 60 ke atas. Ya, dia ngurung diri di kamar ga kerja ya, jadi mereka ga bisa ngasilin uang, jadi ujung-ujungnya masih mengandalkan dompet orang tuanya. Kalau udah gini yang pusing siapa coba? Ya orang tuanya ya. Meskipun yang paling dihawatirkan adalah kalau orang tuanya udah ga ada, terus itu yang hikikomori gimana nasibnya?


    Hikikomori tidak akan mucul begitu aja. Ada faktor eksternal yang membuat mereka memilih untuk mengasingkan diri. Sebagian besar itu karena tekanan berlebih. Beberapa contoh yang bisa aku angkat seperti pembulian di sekolah, tekanan pendidikan yang tinggi, atau tingkat stress tinggi di pekerjaan. Tekanan pendidikan disana ga main-main ya, contoh orang pada mikir seperti "ingin sukses harus masuk universitas unggul", nah biaya masuk universitas unggul itu mahalnya amit-amit, belum lagi universtias unggul bakal ngasih tekanan akademis yang lebih besar juga ke mahasiswa/i nya. Nah ga dikit orang yang ga kuat dengan tekanan itu sehingga memilih untuk hikikomori, sehingga angka hikikomori terus meningkat. Belum lagi kalau selama sekolah mereka dibuli, sama temen-temennya, nah double tuh tekanannya. Kemudian setelah lulus, mereka dapet kerjaan dengan tekanan yang tinggi. Ga cape tuh jadi orang Jepang?

    Seperti yang di awal aku sebutkan, Jepang itu negara maju dengan teknologi, etos kerja, dan inovasi yang bagus. Tapi ternyata Jepang saat ini mengalami kemunduran yang cepat atau lambat kalau ga ditangani bakal menghancurkan negara Jepang itu sendiri. Aku baru sebutin 2 di antaranya, tapi aku rasa masih ada masalah lain yang bisa merusak masa depan Jepang. Nah menurut kalian gimana ya? Kalau penduduk Jepang aware sama masalah tadi apakah bisa mengatasi masalah ini? Dan apakah kalian punya bayangan solusi yang bisa menyelamatkan Jepang dari kepunahan dan keterpurukan ini? Coba tuliskan pendapat kalian ya, aku mau denger pendapat kalian.

  • Others

    Fakta Unik Ramadan di Jepang

    Bulan Ramadhan di Jepang punya tantangan dan keunikan sendiri buat Muslim yang tinggal di sana. Karena emang bukan negara mayoritas Muslim, suasana Ramadhan di sana nggak semeriah di negara-negara Islam lain. Tapi justru itu yang bikin pengalaman Ramadhan di Jepang jadi spesial dan berkesan. 


    Pemahaman Orang Jepang tentang Puasa

     Orang Jepang sebenarnya nggak asing sama konsep puasa. Mereka punya istilah danjiki, yang biasanya dipakai buat latihan spiritual para biksu Buddha dengan cara nggak makan dan minum.

    Nah, pas mereka tahu kalau Muslim juga puasa selama Ramadhan, banyak yang penasaran. Nggak jarang ada yang nanya, "Emang kuat kerja sambil puasa?" atau "Boleh nggak sih kalau kita makan di depan orang yang lagi puasa?"

    Tapi setelah dijelasin kalau puasa itu bukan cuma soal nahan lapar dan haus, tapi juga melatih kesabaran dan kedekatan sama Tuhan, mereka biasanya langsung paham dan malah jadi lebih menghargai. Ada juga yang jadi ikutan coba puasa buat ngerasain gimana rasanya.

    Durasi Puasa di Jepang

     Ramadhan tahun ini di Jepang datang pas transisi dari musim dingin ke musim semi, jadi durasi puasanya sekitar 13–14 jam per hari. Awal-awal Ramadhan masih agak pendek, sekitar 13 jam, tapi makin mendekati akhir bulan, siang makin panjang, jadi puasanya bisa sampai 14 jam. Di awal Ramadhan, udara masih dingin menusuk, tapi makin lama, hawa musim semi mulai kerasa, bunga sakura mulai bermekaran, dan suhu jadi lebih hangat. Jadi, selain menahan lapar dan haus, puasa kali ini juga bakalan jadi perjalanan menyesuaikan diri dengan perubahan musim.

    Ketersediaan Makanan Halal

     Soal makanan, pilihan halal di Jepang emang nggak sebanyak di Indonesia. Makanya, banyak Muslim di sana yang lebih pilih masak sendiri. Tapi kalau tinggal di kota besar kayak Tokyo atau Osaka, masih ada beberapa restoran dan toko yang jual bahan makanan halal. Selain itu, komunitas Muslim dan masjid juga sering ngadain buka puasa bareng, yang jadi ajang seru buat ketemu orang baru dan ngerasain kebersamaan. Buat yang jauh dari keluarga, buka puasa rame-rame ini jadi momen spesial biar tetap terasa hangat, meskipun jauh dari kampung halaman.

    Kegiatan Ramadhan Komunitas Muslim Jepang

     Kadang, komunitas Muslim di Jepang juga ngadain bazar Ramadhan, yang jualan makanan khas dari berbagai negara. Seru banget, soalnya bisa cobain macam-macam hidangan dari budaya Muslim lain, sambil sekalian kumpul dan ngobrol bareng komunitas Muslim di sana.

    Salat Tarawih tetap berjalan walaupun masjid di Jepang nggak banyak. Biasanya, Muslim di sana kumpul di masjid atau mushola kecil buat salat bareng. Di Tokyo, Masjid Tokyo Camii jadi tempat favorit buat yang mau buka puasa bareng, Tarawih, sampai ikut kajian. Walaupun kadang harus jalan jauh buat ke masjid, banyak yang tetap semangat karena bisa ngerasain kebersamaan dan makin dekat sama sesama Muslim.

    Ramadhan di Jepang emang nggak serame di Indonesia yang penuh suara azan dan penjual takjil di mana-mana, tapi tetap ada kehangatannya sendiri. Justru karena serba terbatas, komunitas Muslim di sana jadi makin kompak dan lebih ngerasain makna Ramadhan yang sebenarnya. Malah, buat sebagian orang, pengalaman ini bikin mereka lebih sadar dan lebih menghargai momen-momen kecil yang dulu mungkin dianggap biasa aja.

  • Others

    Homestay in Japan? Nih Alternatif Buat Tinggal di Jepang

    Kerja, kuliah, belajar bahasa Jepang, traveling, dan lainnya. Ada banyak tujuan untuk bisa ke Jepang ya. Tinggal pilih lah, ke Jepang untuk ngapain. Begitu pula pilihan tempat tinggal selama di Jepang. Kalau nyari di internet pasti banyak yang bilang tinggal di apartemen atau di mansion, kalau jangka pendek pasti banyak yang nyaranin ke hotel aja. Tapi tau ga ada alternatif lain loh, so kali ini aku mau coba bahas tentang alternatif untuk tinggal di Jepang.

    Sebelum berangkat ke Jepang, 1 hal yang perlu diperhatikan adalah nanti tinggal dimana? Nah kalau nanya ke senpai kalian, jawabannya ga akan jauh, selain yang aku sebutin tadi mungkin ada juga yang jawab di warnet malem, atau di karaoke? Ga salah sih, kalian bisa aja loh tinggal di warnet atau karaoke paket malem. Secara biaya banyak juga masih lebih murah daripada di hotel. Tapi yang kalian dapet bisa jadi ga seberapa kalau dibanding di hotel ya. Jadi untuk jangka pendek ini jadi salah satu pilihan.

    Tapi tau ga ada 1 alternatif lain yang mungkin baru sedikit yang tau. Yaitu Homestay in Japan. Sesuai namanya kita homestay di rumah orang Jepang, atau kalau aku sih sebutnya kita menitipkan diri kita ke tuan rumah atau keluarga di sana. Jadi kita nginep di rumah keluarga di Jepang dan hidup bersama mereka. Belum kebayang? Nih gambaran singkatnya, kita bisa liat keseharian mereka lebih dekat, berinteraksi dengan mereka lebih mudah, dan diperlakukan seperti keluarga sendiri. Jadi seakan-akan kalian punya keluarga ke 2 selama tinggal di Jepang. Homestay mungkin udah terbilang umum di negara-negara barat. Namun untuk di Jepang ternyata belum begitu dikenal oleh orang Indonesia.  

    Tapi apa sih memang yang didapatkan selama homestay? Ini berdasarkan pengalaman aku yah, ada beberapa point yang aku mau coba highlight. Pertama yang paling penting adalah pengalaman hidup 1 atap bersama keluarga Jepang. Kalian ga akan dapetin pengalaman ini kalau kalian milih untuk tinggal di apartemen, mansion, atau akomodasi yang lainnya, kecuali kalian punya kerabat, atau sahabat orang Jepang kemudian kalian tinggal di rumah kerabat kalian. Dengan pengalaman ini kalian bisa liat budaya keluarga di sana secara langsung dan detil. Aku pernah tinggal di Jepang 1 tahun di apartemen bareng temen aku. Dan selama 1 tahun aku ga begitu kenal seperti apa sih orang Jepang, keseharian mereka seperti apa, sampe budaya yang ga terlihat di internet pun aku kurang tau tuh. Nah waktu nyobain homestay baru tau ternyata banyak budaya orang Jepang yang ga terekspose selama ini. Singkat kata aku dapet kesempatan untuk mengenal orang Jepang lebih dalam lagi. FIY, aku baru tau juga ternyata kalau kalian ada PR dari sekolah dan kalian minta bantuan ke tuan rumah buat nanya-nanya soal PRnya juga bisa loh hehe.

    Nah yang kedua, udah ga perlu mikirin makan dan keamanan selama disana. Homestay ada 2 pilihan paket, ada yang include sarapan dan makan malam, atau paket yang include sarapan aja. Makan siang juga bisa kok ditambahin di paket optional. Jadi kalian nanti bakal disiapkan dan makan bareng keluarga disana, sambil makan bareng bisa sambil ngobrol, sambil PDKTan gitu, dan kalau ada apa-apa selama tinggal di Jepang pun keluarga host pasti bakal bantuin, kalau sakit bakal dirawat, jadi kalian ga perlu khawatir selama tinggal di Jepang. Seperti yang tadi aku sebutin, kalian akan diperlakukan sebagai keluarga juga disana. Jadi beneran ngerasain punya keluarga kedua di Jepang. Selain itu udah termasuk juga fasilitas seperti AC, listrik, air, gas, dan alat-alat hidup atau perabotan lainnya. Jadi udah ga pusing kan.

    Ketiga adalah fleksibilitas. Tuan rumah yang terdaftar ada tersebar luas di seluruh daerah Jepang. Sehingga kalian ga perlu khawatir ga ada host yang mau nerima untuk kalian homestay. Kalau tujuan ke Jepangnya sekolah, nanti bakal dicariin yang deket sama sekolahnya. Kalian bisa juga request tuan rumah seperti apa yang diinginkan. Contoh saya muslim jadi ga bisa makan daging babi dan minum sake. Nanti kalian akan disiapkan makanannya yang ga mengandung itu. Ga ingin ada anak kecil atau binatang di rumah hostnya, ingin host yang bisa bahasa Inggris, dll. Nanti dicarikan juga yang sesuai kriteria kalian. Kalau belum lancar bahasa Jepang pun kalian berkomunikasi pake kamus atau aplikasi terjemahan juga bisa ya, mereka welcome banget kok sama orang asing.

    Keempat ini sesuatu yang berhubungan dengan masalah selama homestay, semoga ga ada masalah sih ya, tapi aku garis besarkan support dari Homestay in Japannya. Selain fleksibilitas tadi, kalau kalian diperlakukan tidak baik atau ngerasa tidak cocok dengan tuan rumah, tim Homestay in Japan siap bantuin kalian untuk mencarikan tuan rumah yang baru. Jelas harus ada alasan yang kuat ya untuk bisa ganti tuan rumah. Tapi kalian ga akan dilantarkan begitu aja kok selama berjalannya homestay. 

    Nah udah lebih kenal kan sama homestay in Japan seperti apa? Secara garis besar aku simpulin, dengan homestay di Jepang bisa dapet kesempatan untuk gabung jadi keluarga orang Jepang dan bisa liat budaya dan kebiasaan mereka yang lebih dalam lagi. Ga longstay pun menurut aku sih sekali sekali mah bagus untuk nyobain homestay. Setidaknya untuk memperluas koneksi dan pengetahuan sih ya. Kaya yang tadi aku ceritakan, setaun tinggal di Jepang tapi masih kurang kenal orang Jepang tuh orang-orang yang seperti apa, itu kan sedih banget ya, jadi setaun ngapain aja? Gaulnya sama orang Indonesia lagi jadi kurang kenal sama warga lokalnya. Aku yakin juga sih yang tinggal berdua atau di asrama yang banyakan, nanti di sana pasti gaulnya sama sesama orang Indonesia. Bagus sih kalau di asrama gaulnya sama orang asing dari negara lain. Jadi bisa dapet koneksi international bahkan bisa dapet skill bahasa Inggris juga kali hehe.

    Untuk lebih detilnya bisa lirik website atau instagram mereka nih guys. Tapi menurut kalian gimana ya? Apa menurut kalian homestay in Japan ini menarik kah? Kalian ingin ikut homestay atau mending hidup sendiri di apartement atau sebagainya? Coba ceritain di komentar ya guys aku ingin denger pendapat kalian.

  • Others

    2040 Orang Jepang Punah!? Kok Bisa?

    Ketemu lagi di WaGoMu Japanese Class. Nah udah ga asing mungkin buat kalian ya. Tapi aku sempet baca berita ada yang bilang 2040 orang Jepang akan punah. Jujur ini real atau cuman sebatas propaganda aku sendiri kurang tau ya. Soalnya ada yang bilang juga bahwa ini hanya sekedar propaganda. Tapi kok bisa muncul statement gitu? Hmmm yuk kita coba bahas.

    Ya, 2040 orang Jepang akan punah. Aku sih agak ketawa pas pertama baca. Tapi sebenernya cukup memungkinkan ya kalau kita liat kondisi di Jepang saat ini. Negara Jepang yang dikenal negara dengan teknologi canggih, makanan enak, budaya yang bagus, dan wisata yang indah pun akhirnya mengalami krisis populasi. Krisisnya berbanding kebalik dengan Indonesia ya dimana di Indonesia warga makin banyak tidak seimbang dengan jumlah lapang pekerjaan yang layak. Nah di Jepang itu kekurangan tenaga kerjanya sehingga lapangan kerja makin banyak yang kosong.

    Masalah di Jepang ini disebut dengan 少子高齢化 (shoushi koureika), ya singkat kata peningkatan jumlah lansia tidak sebanding dengan angka kelahiran. Jadi pemuda di Jepang makin berkurang, tapi jumlah lansianya makin bertambah tiap taunnya. Masalah ini sebenernya udah lama banget ya diliat sama pemerintah Jepang. Setau aku dari awal 2000an aja udah ada tuh berita tentang penurunan populasi di Jepang. Aku sempet check juga tahun 2005 adalah pertama kalinya penyusutan angka kelahiran di Jepang yang sangat menghawatirkan, sampe disebut-sebut penurunan kelahiran tertinggi setelah Perang Dunia II. Belum beres di situ, penurunan angka kelahiran terus meningkat hingga saat ini (awal 2025). 

    Panik dong pemerintahnya, jadi mereka udah bikin berbagai macam kebijakan untuk mencegah masalah ini dengan insentif finansial untuk keluarga yang memiliki anak, dukungan untuk pekerja perempuan, dan program imigrasi terbatas. Tapi ternyata hasilnya masih belum begitu keliatan. Disitulah awal mula diperkirakannya orang Jepang akan punah di tahun 2040.

    So aku sih ga mau ya berfikir sejauh itu, tapi ngeliat kondisi saat ini mungkin banget loh orang Jepang bakal punah. Apa lagi sekarang banyak orang Jepang juga yang lebih memilih 未婚者 (mikonsha) yaitu belum menikah atau hidup tanpa menikah. Anak muda sekarang jangankan punya anak, ternyata nikah aja mereka udah merasa enggan atau lebih tepatnya mereka menunda pernikahan mereka. Ada penelitian di September 2024 kemarin, alasan orang Jepang enggan atau tidak tertarik menikah ada macam-macam, nah 3 terbesarnya yaitu merasa hidup sendiri lebih cocok, ga tau untungnya nikah, dan ingin prioritasin diri sendiri. Detil penelitiannya bisa check di link ini ya.

    Efek penurunan kelahiran di Jepang sudah mulai kerasa. Seperti Jepang sudah mulai besar-besaran menerima tenaga kerja dari luar Jepang, kekurangan murid jadi sekolah-sekolah banyak yang mulai tutup, hingga pedesaan banyak yang mulai kosong karena banyak yang pindah ke kota biar dapet pekerjaan yang lebih layak. Bagi orang asing yang punya cita-cita kerja di Jepang sih ini terdengar berita yang bagus, tapi agak miris ga sih dengernya? Sekarang di Indonesia peningkatan populasinya tinggi, tapi aku curiganya kedepannya angka kelahiran akan mulai menurun di Indonesia. Nah kalau udah seperti itu apa ya yang kita lakukan? Apa kita bisa ngelakuin hal yang sama seperti di Jepang? Atau kita punya cara lain buat ngebenerin masalah populasi ini? Hmmm.

    Itu urusan pemerintah sih, tapi untuk sekarang buat kalian yang berniat kerja di Jepang kalian mungkin bisa membantu menyelesaikan masalah ini. Meskipun kalian tetap jadi warga negara Indonesia, kalian bisa membantu masalah tenaga kerja di Jepang. Apalagi kalau kalian dapet jodoh orang Jepang terus ngebangun keluarga di sana. Kalian bisa bantuin juga masalah populasi di Jepang. So silahkan menikah sama orang Jepang! Hehe. 

    Tetep semangat buat yang belajar bahasa Jepang untuk kerja di Jepang ya, pintu ke Jepang masih terbuka lebar. Untuk masalah ini kita warga Indonesia bisa bantuin kok, dengan berangkatnya warga Indonesia buat kerja di Jepang kita udah bantuin Jepang menyelesaikan salah satu masalah besar di sana. Dan yang udah di Jepang, balik lagi aku nitip jaga juga reputasi Indonesia di sana, biar kouhai kalian bisa berangkat nyusul kalian tanpa masalah.

    Tapi menurut kalian gimana nih? Apa kalian punya pendapat lain mengenai prediksi punahnya orang Jepang di tahun 2040? Aku mau denger pendapat kalian, so coba tulis di komentar ya!

  • Others

    Kenapa Orang Jepang ingin tinggal di Indonesia?

    Orang-orang Indonesia berlomba untuk pergi tinggal di Jepang. Kalian bisa jadi salah satunya. Banyak yang nyari loker buat kerja di Jepang supaya pada bisa longstay di Jepang. Bahkan ada yang berusaha nyari jodoh orang Jepang supaya bisa tinggal di Jepang selamanya. Atau ada juga yang mungkin udah cape tinggal di Indonesia, dan sebagainya. Berbagai macam alasan orang Indonesia ingin kerja di Jepang. Tapi tau ga, ternyata ga dikit loh orang Jepang yang sebenernya lebih seneng tinggal di Indonesia daripada di Jepang. So, yuk kita coba bahas dikit mengenai ini.

    Serius loh, ga banyak sih kenalan orang Jepang aku tapi setidaknya banyak dari mereka bilang lebih ingin tinggal di Indonesia daripada di Jepang. Ternyata bagus ya reputasi Indonesia itu sendiri di mata Jepang. Cuman mungkin belum sebanyak itu orang Jepang yang tau dan pernah tinggal di Indonesia. Sehingga banyak juga yang kurang tau mengenai Indonesia. Tapi mereka yang kenal dan udah pernah long stay di Indonesia, ada aja yang bilang lebih enak tinggal di Indonesia. Banyak juga yang cerita mereka suka sama Indonesia.

    Kalau kalian cari konten di Youtube, tiktok, atau mungkin Instagram mungkin pernah juga nonton pendapat mereka. Nah aku mau coba tambahin pendapat temen-temen aku nih. Ternyata bagi orang Jepang tinggal di Indonesia itu lebih nyaman. Rata-rata bilang orang Indonesia itu ramah, dan kesannya nyantai gitu ga kaya di Jepang yang mungkin mereka ngerasa ada tekanan gitu di kehidupan sosial mereka. Jadi mereka yang cenderung individualis ngerasa lebih mudah berinteraksi karena keramahan orang Indonesia. Ya kalau kalian tau juga ya di Jepang itu disiplin banget, hubungan atas bawahnya terbilang jelas banget, kesannya terburu-buru atau tegang gitu hidup di Jepang. Nah orang Jepang seneng dengan nuansa nyantainya Indonesia. Udah cape mungkin mereka ya.

    Terlepas dari kehidupan sosialnya, mereka pun bilang masakan Indonesia itu enak. Dengan catatan mereka heran banget sama antusias orang Indonesia terhadap rasa pedas. Ya bagi orang Jepang bon cabe level 5 juga kayanya udah kerasa pedes banget ya, jadi ga aneh kalau mereka shock dengan masakan pedes di Indonesia. Dibanding di Jepang yang makanannya cenderung agak hambar ya, kalau dibilang habar si engga. Tapi kita jadi tau makanan Indonesia ternyata membuat mereka seneng tinggal di Indonesia. 

    Tapi gimana ya menurut kalian? Apakah Indonesia memang sebagus itu sampe membuat orang Jepang suka sama Indonesia? Menurut aku sih iya ya, Indonesia punya keindahan dan dayatarik tersendiri meskipun dibandingkan Jepang. Jadi ga aneh lah kalau orang Jepang pun bisa sampe suka sama Indonesia. Indonesia dan Jepang pun selama ini punya hubungan baik dan juga kuat dari sisi sejarah. Semoga aja hubungan baik ini bisa terus berjalan, biar kohai-kohai atau penerus kita yang ingin kerja di Jepang bisa terus dipermudah ya. Kalau kalian orang Jepang di Indonesia kalian mau ngapain? Ngajak ngobrol? Atau dibiarin? 

    Itu menurut aku berdasarkan temen-temen orang Jepang yang aku kenal ya guys. Tapi menurut kalian gimana ya? Apa menurut kalian tinggal di Indonesia itu semenarik yang aku ceritain tadi? Kalau engga menurut kalian kenapa ya orang Jepang suka tinggal di Indonesia? Coba tulis di kolom komentar ya.

  • Others

    Apakah Ilmu Bahasa Bisa Hilang?

    Pernah nggak sih merasa lupa bahasa yang dulu pernah dipelajari, entah bahasa asing atau bahkan bahasa ibu? Ini sebenarnya hal yang umum terjadi. Kemampuan bahasa memang bisa "berkarat" kalau jarang digunakan, tapi apakah benar-benar bisa hilang?

    Pernahkah kamu merasa frustrasi karena kosakata bahasa Jepang yang sudah kamu hafalkan dengan susah payah tiba-tiba menguap begitu saja? Atau mungkin kamu pernah berhenti belajar bahasa Jepang untuk sementara waktu, dan saat kembali belajar, merasa seperti memulai dari nol? Jangan khawatir, kamu tidak sendirian! Banyak pembelajar bahasa yang mengalami hal serupa.

    Penelitian menunjukkan bahwa ilmu bahasa cenderung tidak hilang sepenuhnya, tapi lebih terpendam. Proses lupa ini disebut language attrition, di mana kita kehilangan kefasihan karena kurang praktik. Tapi sebenarnya, memori kita masih menyimpan banyak hal tentang bahasa tersebut, hanya saja aksesnya jadi lebih lambat.

    Meskipun sebenarnya, lupa merupakan bagian alami dari proses belajar. Otak kita seperti sebuah komputer yang memiliki kapasitas penyimpanan terbatas. Ketika kita mempelajari hal-hal baru, otak akan membuat koneksi saraf baru. Namun, jika koneksi-koneksi ini tidak sering digunakan, otak akan cenderung memangkasnya untuk membuat ruang bagi informasi baru.

    Kabar baiknya, banyak ahli percaya bahwa meskipun kita melupakan sebagian kosakata atau aturan grammar, belajar ulang bisa lebih cepat. Istilahnya, otak sudah punya "jalan" yang pernah dibangun, jadi proses mengingat kembali akan lebih mudah. Kalau dirangkum, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelupaan dan cara mengatasinya, seperti :

    1. Frekuensi Penggunaan:
       Singkat kata semakin sering kita menggunakan suatu kosakata atau struktur kalimat, semakin kuat koneksi saraf yang terbentuk, alhasil kita akan semakin sulit lupa. Masih ingat kan aku selalu menyarankan untuk sering-sering menggunakan kosakata yang telah kita pelajari, tujuannya biar lebih nempel dan sukar lupa.
    2. Konteks Pembelajaran:
       Belajar dalam konteks yang relevan dan menarik akan membuat informasi lebih mudah diingat. Banyak cara belajar yang bisa lebih menarik dari sekedar baca buku aja. Seperti belajar Kanji pakai ilustrasi di Kanji Card, belajar bahasa Jepang dari media-media menarik seperti Anime, Drama, Lagu, dll. Meskipun kita tetep butuh buku sebagai panutan utama, tapi untuk menambah referensi yang lebih menarik, kita bisa cari referensi yang menarik sebagai sumber pembelajaran tambahan.
    3. Metode Pembelajaran:
       Menggunakan berbagai metode pembelajaran seperti membaca, menulis, berbicara, dan mendengarkan akan membantu memperkuat pemahaman. Masih ingat dengan "Kamus Personal" kan? Iya, aku pernah sharing cara belajar "mindahin kosakata ke kamus personal", inget ya "mindahin". Dari "mindahin" kosakata setidaknya kalian udah melewati 3 proses yaitu "membaca", "menulis", dan "mengucap".
    4. Jeda Waktu:
       Luangkan waktu secara teratur untuk mengulang materi yang sudah dipelajari. Ingat, selain mindahin kosakata tiap hari, sisipkan juga baca ulang apa yang telah dipelajari, latihan juga untuk buat kalimat secara konsisten. Ga perlu lama-lama tapi, konsisten tiap hari, setidaknya kita bisa ngirim sinyak ke otak untuk tidak melupakan apa yang kita pelajari.

    Yuk simpulkan apa yang kita bahas tadi. Meskipun terasa lupa, ilmu bahasa kita sebenarnya nggak hilang sepenuhnya, hanya perlu diaktifkan kembali dengan latihan rutin! So, konsisten nambahin kosakata dan latihan tiap hari agar otak tidak memangkas sebagai info yang tidak penting, cari media dan konteks relevan yang menarik untuk belajar, dan mindahkan kosakata ke kamus personal sebagai metode pembelajaran khususnya untuk menambahkan bank kosakata. 

    So, ilmu yang tidak dipakai dikeseharian memang cenderung akan dilupakan. Contoh lainnya yang mungkin paling kerasa oleh banyak orang seperti belajar 12 tahun dari SD sampai SMA, namun ilmu yang benar-benar nempel di otak kita bisa jadi dibawah 50 persennya. Kenapa? Karena tidak dipakai di kesehariannya. Nah orang yang udah belajar bahasa Jepang sampai N1 pun, kalau dia tidak melakukan rutinitas yang menggunakan bahasa Jepang, cepat atau lambat ilmu bahasa Jepangnya pasti akan terpangkas, namun waktu yang dibutuhkan untuk mengingat kembail akan lebih mudah daripada mereka yang baru belajar bahasa Jepang. 

    Yang terakhir, apa kalian juga ngerasain hal yang sama dengan yang tadi aku share mengenai kelupaan? Atau mungkin kalian punya pendapat lain? Coba ceritain pendapat kalian, aku tunggu kolom komentar ya!

  • Others

    Stigma dan Pandangan Terhadap Gen Z di Jepang

    Tau ga kalian di Jepang ternyata Gen Z dianggap Generasi yang seperti apa? Apa yang membuat imagenya berbeda dengan di Indonesia terhadap Gen Z? Kali ini aku mau coba bahas perbedaan perlakuan Gen Z di Jepang nih, yuk kita masuk ke pembahasan. 

    Seperti yang aku sebutkan tadi, di Indonesia Gen Z dianggap sebagai generasi yang punya image yang tidak baik. Seringkali distigma dengan berbagai label negatif seperti malas, individualis, dan kurang menghargai orang tua. Banyak faktor yang membuat di Indonesia Gen Z dianggap kurang baik, apakah dari Perbandingan Generasi yang sebelumnya cenderung lebih bekerja keras, disiplin dan sopan. Ada juga Pengaruh Media yaitu Media Social yang sering sekali menyoroti sisi negatif dari Gen Z di Indonesia. Dan juga Pengaruh Zaman dimana Gen Z hidup dan dibesarkan bersama dengan teknologi dan social media, sehingga nilai-nilai di generasi sebelumnya tidak sepenuhnya relevan dengan Gen Z. 

    Lah ? Emang bedanya apa dengan di Jepang ?

    Image Gen Z di Jepang sebenernya lebih netral kalau dibandingkan dengan di Indonesia. Secara garis besar malahan Gen Z Jepang seringkali dilihat sebagai generasi yang inovatif dan adaptif terhadap teknologi. Banyak warga generasi sebelumnya yang memang sebenernya tidak terlalu paham dengan teknologi, padahal di negara semaju Jepang nih. 

    Selain itu Budaya Jepang yang meninggikan kesopanan dan ketekunan, membuat Gen Z Jepang tumbuh dalam era digital namun umumnya masih menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional ini. Campuran dari tradisi dan modernisasi membuat Gen Z di Jepang pun terkesan unik di mata warga Jepang sendiri. Mereka yang tidak lepas dari teknologi di keseharian membuat mereka dapat beradaptasi dengan modernisasi dibanding generasi sebelum-sebelumnya, namun tetap mewarisi tradisi budaya dan kebiasaan warga Jepang pada umumnya.

    Di sisi lain Gen Z Jepang pun memiliki kesadaran sosial yang lebih tinggi, seperti isu-isu lingkungan, kesetaraan gender, keberagaman, dan lainnya. Dari situ mereka punya ciri khas Menghargai Perbedaan dan melebihi generasi sebelum-sebelumnya. Bisa jadi saat ini Jepang lebih terbuka terhadap muslim pun bagian dari Menghargai Perbedaan mereka loh. 

    Iya, dianggap netral disini berarti ada nilai-nilai yang dianggap kurang baik oleh generasi sebelumnya. Meskipun mewarisi budaya Jepang pada umunya, tapi sepertinya tidak sepenuhnya loh. Contohnya ketika selesai kerja lebih suka untuk pulang atau lanjut ke kegiatan pribadi daripada kumpul minum sama atasan atau rekan kerjanya. Work Life Balance pun ditinggikan oleh Gen Z di Jepang, dan mereka pun lebih suka mencari tempat kerja yang Ideal bagi mereka seperti perusahaan yang memiliki budaya kerja yang positif, inklusif, dan mendukung pertumbuhan pribadi. Dimana generasi sebelum-sebelumnya yang cenderung mengejar konsep Ikigai dari kerjaan mereka. 

    Namun hal yang sangat membedakan di Jepang dan di Indonesia adalah pandangan dan usaha terhadap perbedaan Gen Z guys.

    Warga Jepang melihat perbedaan pandangan dan nilai yang di anut Gen Z sebagai sebuah tantangan bukan sebagai stigma buruk. Dibandingkan konten yang menunjukkan keburukan Gen Z, konten yang menunjukkan cara untuk berkomunikasi, menjalin hubungan baik, hingga hal-hal NG dilakukan kepada Gen Z lebih banyak loh. Bahkan aku sering melihat iklan ataupun konten yang menawarkan konsultasi untuk menghadapi tantangan dalam menghadapi Gen Z. Kalau aku coba cari Gen Z di Google pun artikel mengenai ciri khas, konsultasi, dan tips menghadapi Gen Z banyak yang muncul di halaman-halaman depan. Aku pribadi sih melihat perubahan pandangan ini pun dianggap awal yang bagus untuk memperbaiki budaya kerja di Jepang yang terbilang keras ya. 

    Apapun itu pada akhirnya Jepang melihat Gen Z sebagai penerus mereka, dimana tiap tahunnya jumlah kelahiran semakin turun. Sehingga Jepang cenderung lebih mensupport Gen Z meskipun mereka berbeda dengan Genenrasi sebelum-sebelumnya. Apakah Indonesia perlu melakukan hal yang sama dengan Jepang ? Dan kalau perlu apa yang sekiranya bisa kalian lakukan untuk tantangan ini ? Yuk kita mulai dari diri sendiri. 

  • Others

    Ini Bukan Kata-Kata Motivasi, JANGAN Dibaca ! Kamu gak akan ter-MOTIVASI


    Hari ini, Aku gak punya Kata-kata Motivasi buat kamu. Jangan dibaca sampe selesai, nanti kamu akan kecewa.

    Kalo seandainya hari ini, kamu masih males utk bangun pagi, masih merasa ngantuk juga, silahkan tarik lagi selimutnya… Mending lanjut tiduran lagi aja… Bermimpilah yang indah, siapa tau saat kamu terbangun nanti, mimpinya sudah jadi kenyataan… Mimpimu untuk bekerja di Jepang dan punya tabungan ratusan juta, akan terwujud dengan sangat mudah, kalo kamu masih tertidur dan bermimpi…

    Gak usah ikut-ikutan dg mrk yang sampe bela-belain masuk Lembaga dan tinggal di Asrama, disana kamu akan disuruh ini itu sama sensei-nya. Capek lho, kalo pagi-pagi udah disuruh ngantri di jamban, suruh bersih-bersih di lingkungan asrama dan dipaksa olah raga keliling lapangan berkali-kali. Ngapain ?? kamu kan masih muda, masih sehat juga, gak perlu latihan lari dan olah raga juga udah sehat kok.

    Makan mah, kalo laper ya tinggal makan aja, apapun boleh kok. Gak usah Olah raga juga gpp, yang penting sehat…

    Mau belanja, ya tinggal belanja aja, apapun bisa kamu beli kok. Gak usah kerja juga gppa, yang penting kaya, asal uangnya ada, dan kamu tetap terlihat kaya…

    Kamu yg masih sekolah tapi males utk belajar juga gppa kok, manfaatkanlah masa remajanya dengan baik, pergilah main kemanapun dg bestie-mu sepuasnya… Kalo gak punya uang untuk bekal dan nongkrong di kafe, tinggal minta ke Bokap Nyokap yg akan selalu ada dan kasih yg terbaik buat kamu…

    Gak usah lah mikirin kebahagiaan orang tua, mrk sudah sangat bahagia dg memiliki anak hebat dan luar biasa seperti kamu… Masa tua mereka mah gak usah dipikirin, bukan tanggung jawab kamu juga kan…

    Gak usah capek-capek nyari kerja, kamu gak akan kuat dimarahin sama boss-mu yang toxic karena nuntut kamu untuk terus belajar hal baru, padahalkan kamu udah bosen banget belajar di bangku sekolahan dulu… Lagian, kamu kan udah jago, ngapain harus belajar lagi. Pusing tau.. Percayalah, belajar hal baru itu nggak penting sama sekali, biarkanlah anak-anak muda generasi dibawah kamu yg akan mempelajarinya… Mereka itu jauh lebih ngerti teknologi… Kamu mah, mending gak usah belajar lagi, jadi dinosaurus juga gppa kok, mrk itu terkenal sampe sekarang, sekalipun udah punah.

    Mending nikmatin hidup kamu selagi bisa, YOLO pokoknya mah, hidup ini cuman satu kali. Masa tua mah, urusan nanti, toh umurmu belum tentu juga nyampe jadi lansia kok… Kasian emang kalo lihat mrk yg skrg lagi berjuang mati-matian, dipaksa olah raga, dipaksa belajar bhs Jepang, sampe bela-belain ngutang pake dana talang untuk kerja di Jepang… Padahal, 3 tahun kerja di Jepang juga palingan cuman dapet ratusan juta doank, beli mobil juga paling masih mobil yang standar dan murah itu.. Dipake buat beli sawah juga, palingan gak bakal nyampe satu hektar…

    Mending nikmatin hidup kamu lah, Ngapain capek-capek belajar bahasa Jepang di WaGoMu, Ngapain juga ikut Akselerasi N4=15 Hari, otakmu juga udah pasti gak mampu.. Sekalipun “penghalang utk belajar itu bukanlah kecerdasan, melainkan emosi (termasuk rasa malas, dll)”, sudah pasti kamu gak akan percaya…

    Gak usah capek-capek belajar, apalagi nyari kerja sampe ke Jepang. Mentalmu gak akan kuat. Mending disini aja, nganggur juga gppa. Toh, harta orang tuamu masih ada, kebun punya orang tuanya juga luas kan, buat siapa lagi kalo bukan buat kamu. Minta jatah warisan selagi orang tuamu masih hidup ya. Kalo keburu habis hartanya dan akhirnya jatuh miskin sa’keluarga, ya gppa juga kan. Toh, kamu yg mau…

    Emang apa salahnya kalo tadinya orang kaya, kemudian jadi hidup susah dan jadi orang miskin ?  

    Tenang, Orang miskin juga banyak yg berumur panjang kok. So, Jangan mau Belajar, apalagi belajar bhs Jepang dan Bekerja Keras di Jepang, itu kan negara orang yg pernah menjajah kita. Aku khawatir kalo nanti kamu akan hidup sukses. Please, Jangan ya.

  • Others

    Abis 31.6 Juta, TERNYATA GAK Bisa dipake ?!

    Ada yg pernah ngalamin nggak ??

    udah Abis 31.6 juta, TERNYATA GAK Bisa DIPAKE. eh, Apanya nih ??

    Kamu yg mikir ada yg tertipu sama Oknum lembaga, nggak salah juga kok. Ada banyak yg udah abis puluhan bahkan ratus juta utk biaya hidup serta pendidikan di lembaga, tapi tak kunjung berangkat. Bahkan, sampe skrg masih belum ada kepastian. Kalo kamu atau org yg kamu kenal, merasa sedang dlm kondisi ini, titip salam ya. Sarankan dia utk “keluar” dan “kerja dulu aja”. Kecuali kalo dy emang anak org kaya yg gak kenapa-napa sekalipun uang dan waktunya habis disana.

    Ini, kebetulan cerita yg baru bgt dialami salah satu peserta Program N3 ≠ S1. Hari Sabtu, tgl 25 Mei kemarin abis beli Laptop Supercanggih dg Prosesor terbaru yg Harganya IDR 31.6 juta. Kebetulan dia perlu utk aplikasi pemetaan semacam “Arcgis”. Namun TERNYATA, laptopnya tidak kompatibel dg aplikasi tsb. Iya, Laptopnya ini kebetulan Merk Apple Macbook Pro 14” dg Prosesor M3, RAM 8GB dg SSD 1TB. Wuidih, pantesan harganya segitu. Ini mah, spec sultan bgt. Aku sempet coba bantu googling gmna caranya install “Arcgis” di Mac, namun sepertinya belum berhasil.

    Akhirnya, dy mutusin buat dijual lagi aja. JUAL RUGI gppa katanya. Kalo mau Nego dan Tanya-tanya soal laptonya, silahkan langsung kontak orang yg pegang Mac-nya aja ya. Sepertinya ybs udah mulai stress karena kebutuhannya ternyata tidak terpenuhi walaupun udah bayar semahal itu.

    Untung aja, ini cerita ttg salah beli laptop. Sekalipun Jual Rugi, ada kemungkinan sebagian uangnya bisa balik lagi ketika laptopnya terjual.

    Coba bayangkan dg cerita mrk yg SALAH masuk Lembaga. Gara-gara nafsu pengen bgt kerja di Jepang, maksa langsung masuk lembaga yg ternyata bukan SO, sementara dia sendiri masih NOL besar bhs Jepangnya. Kamu, udah tau cerita selanjutnya kan ? Iya, karena lembaga nya bukan SO dan dia masih NOL besar. Dia harus nunggu lemparan “Job Order” dari Lembaga SO dan ikut seleksi di Lembaganya.

    Suatu saat, lembaganya dapet info bahwa ada SO yg punya “Job Order” sebanyak 20 Orang utk ditempatkan di Jepang. Otomatis lembaga tempatmu belajar, langsung nawarin siswa yg sedang belajar di lembaganya (termasuk kamu) utk test seleksi di SO tsb donk. Anggaplah ada 100 Siswa di lembaga tempat kamu belajar, ikut seleksinya. 

    Kamu tau, berapa org yg diterima oleh SO tsb ??
     Iya, cuman 2 Orang. 
     Lho kok bisa ?? Katanya ada Job Ordernya utk 20 orang ?? 

    Betul, tapi SO-nya kan gak cuman kerja sama dg lembaga tempatmu belajar. Mrk hanya mengambil 2 Orang terbaik yg mrk temukan di Lembaga tempatmu. Sisanya, akan ambil 2 yg terbaik dari lembaga rekanannya yg lain. 

    Pertanyaannya, Kamu masuk jadi 2 Orang yg diterima ?
     atau. tersisa jadi 98 Orang yg tidak terpilih ?

    Iya, kemungkinan besar kamu masuk golongan tersisa dan jadi salah satu dari 98 orang yg harus balik ke lembaga dan lanjutin proses belajar sambil tinggal di Asrama. Sampai kapan ? 

    Ouwh, tentu sampai dg kamu terpilih oleh SO. Masalahnya, kamu tidak tau seberapa sering SO yg punya “Job Order” itu akan datang utk interview kamu lagi. Bagus kalo minggu depan ada test lagi. Kadang, belum tentu ada test setiap bulannya lho. 

    So, perlu waktu dan biaya berapa banyak utk dihabiskan sambil nunggu job order di lembaga tersebut ?

    Ceritanya, akan jauh berbeda kalo dari awal kamu dengerin pesan aku.
      “JANGAN Masuk Lembaga manapun, Kalo kamu belum punya N4”

    Iya, Kalo kamu udah punya N4, kamu bisa langsung masuk Lembaga yg SO lho. Sekalipun kamu terlanjur masuk Lembaga yg bukan SO, kalo N4 mu udah lulus, dari 100 Orang yg ikut seleksi, kamu punya peluang besar utk jadi salah satu dari 2 Orang yg diterima saat seleksi karena udah N4 kan.

    Iya, N4 doank mah Belajar 15 Hari di Akselerasi N4=15 Hari juga cukup. Ini, program Gila yg aku create dan jadi satu-satunya di Dunia. Emang bukan buat kamu kok. Gak usah Ge’Er !! Udah 42 Batch juga yg ikutan itu sebagian besar adalah mrk yg super sibuk, seperti Pengusaha yg selama ini berpartner dg Jepang & mulai merasa perlu mengerti bhs Jepang dan mengurangi ketergantungannya thd Penerjemah, ada juga Org yg mau Lanjut S2 dan S3 di Jepang. Sebagian besar Pemagang di Jepang juga banyak yg ikut, bahkan sebagian besar dari mrk “menyesal” karena tidak belajar di N4=15 Hari dari dulu. Sebagian lagi, adalah orang-orang yg masih NOL dan terselamatkan oleh pesan yg aku sampaikan dari awal.

    Tuh, bukan ngomongin kamu kan ?
     Gak usah Ge’er !!! Emang Akselerasi N4=15 Hari mah, bukan buat kamu. Apalagi kamu yg masih bilang “takut Otaknya gak nyampe” lah, masih “sibuk nyari alesan” ini dan itu.. 

    Wis lah, kamu mah belajar disana aja ya.
    Tapi, tolong JANGAN NYESEL kalo nanti kamu stress gara-gara harus ngerjain PR sampe jam 2 Pagi dan Pusing karena diajarin dari pagi sampe sore pun, GAK ADA yg Masuk ke Otakmu.

    BONUS,
    Ini Photo MBP M3 14” 8GB - SSD 1 TB yg tadi mau di JUAL RUGI

    Maaf ini udah SOLD OUT yaa~


J-Class, pernah diliput di :