Kerja
Bahasa Jepang Saja Tidak Cukup untuk Kerja di Perusahaan Jepang
Aku pernah denger pertanyaan ini nih "Apa punya N3 aku bisa kerja di Jepang kak?", "Kak aku punya JLPT N2 nih kak, aku mau kerja visa gijinkoku nih ke Jepang kira-kira kerja apa ya kak?", atau semacamnya. Aku ngerti sih, pasti banyak yang ingin kerja ke Jepang. Jadi banyak yang ngejar skill bahasa Jepang sampe N3 atau mungkin N2 bahkan N1. Tapi apakah skill bahasa Jepang aja udah cukup untuk cari kerja ke Jepang?
Aku selama ini memang selalu membahas "sebaiknya punya N2 kalau mau ke Jepang pake visa gijinkoku" atau "punya N4 dulu baru coba cari lembaga buat bantuin ke Jepangnya", tapi kayanya aku kurang mention juga ya skill yang dibutuhin selain skill bahasa Jepang. Sebenernya basicnya memang di bahasa Jepang guys, jadi kalau bahasa Jepang kalian masih ancur, pintu untuk kerja ke Jepang masih ketutup buat kalian. Jadi yang belum punya skill bahasa Jepang yang memumpuni, terus bertahap dinaikin ya skill bahasanya ya.
Nah yang mau ngejar kerja pake visa tokuteigino pasti udah tau ya. Selain skill bahasa Jepang kalian juga butuh sertifikasi skill bidang yang kalian tuju. Aku mau jawab pertanyaan pertanyaan seperti "kak aku bukan lulusan SMK perawat bisa ikut TG Kaigo ga ya?", atau semacamnya. Jawaban dari pertanyaan itu bisa aja, kalau punya skillnya. Jadi yang mau ikut TG kaigo / perawatan ya kalian butuh sertifikasi TG kaigo jadi punya dulu ilmu dan skill basic dari kaigo di Jepangnya, bidang lain pun sama yang mau ikut TG perikanan, ya butuh sertifikat TG perikanan juga. Jadi selain skill bahasa Jepang, kalian harus punya ilmu dan skill basic dari bidangnya.
Nah kalau udah lulus test TG perawatan, otomatis kalian akan dianggap punya basic ilmu dan skill perawat meskipun bukan lulusan perawatan, jadi pintu buat berangkat ke Jepang udah terbuka. Tapi "apakah itu sudah cukup?" atau pertanyaannya aku ganti jadi "apakah kalian boleh puas dengan itu?"
Kalau tujuannya untuk TG, menurut aku udah cukup, tapi jangan puas dengan skill yang kalian punya sekarang. Jadi waktu kalian di Jepang silahkan perdalami skill yang udah dipelajari, baik bahasa Jepangnya ataupun skill praktek lapangannya. Kalau nanya pendapat aku pribadi, ga ada salahnya kalian punya N3 dulu, baru berangkat, tapi kalau udah mau buru-buru berangkat biar bisa ngubah nasib ya silahkan lah, tapi jangan berhenti belajar ya. FIY untuk upgrade visa ke TG2 aja ada test lagi nanti di Jepang ya, jadi selama proses TG1 kalian harus sambil belajar dan berkembang biar bisa lulus TG2 dan bisa lanjut kerja di Jepangnya.
Kalau ngomongin TG, itu udah cukup. Tapi kalau kita ngomongin yang lebih tinggi lagi seperti visa gijinkoku ceritanya akan berbeda. Visa Gijinkoku itu singkat kata kaya visa pekerja profesional lah ya, jadi wajar lah kalau syarat untuk pengajuan visanya lebih tinggi. Contohnya, setidaknya kalian harus lulusan diploma, kalau bisa lebih kaya S1 gitu. Jadi lulusan SMA/K belum bisa apply visa gijinkoku. Tapi aku sering denger juga dari temen-temen aku yang gagal waktu interview untuk kerja pake visa gijinkoku. Dimana mereka gagal karena kalah saing dengan yang lainya.
Kalah saing bukan di skill bahasa Jepangnya. Tapi di softskill atau skill tambahan yang akan membantu di pekerjaannya nanti. Contoh, ada yang lulusan N2 mengapply jadi programer di Jepang, kalah saing sama yang lulusan N3 karena skill programingnya yang lebih menjanjikan dimata perusahaan Jepang. Ada juga yang ngelamar ke bandara kansai, tapi kalah sama yang punya skill bahasa Inggris yang bagus. Bahkan pengalaman dan portofolio pelamar pun akan sangat mempengaruhi diterima atau tidaknya.
Apa yang ingin aku sampaikan bukan "kita harus punya pengalaman dan porofolio yang bagus dulu untuk bisa kerja ke Jepang". Aku mau sampaikan ke kalian bahwa bukan hanya skill bahasa Jepang yang dibutuhkan untuk kerja ke Jepang. Kita perlu juga softskill dan ilmu yang dibutuhkan untuk bisa bersaing di negara orang.
Kita ambil contoh, untuk programer kalian ga hanya butuh skill bahasa Jepang N3 atau N2, kalian perlu juga bener-bener menguasai setidaknya salah satu bahasa programing, dan sisanya minimal bisa gitu. Jadi waktu interview kalian punya seesuatu yang bisa kalian jual ke perusahaan Jepang. Contoh lain waktu ngelamar ke bandara di Jepang, skill bahasa Inggris jangan sampe bolong ya. Inget kalian bakal berhadapan sama orang-orang luar Jepang yang keluar dan masuk Jepang jadi harus bisa berkomunikasi dengan mereka menggunakan bahasa Inggris juga. Contoh lain, di perusahaan otomotif, kalau menguasai skill seperti pengoprasian mesin CNC atau product designing ya sesuai dengan posisi yang kalian tuju itu akan sangat mempermudah proses perekrutan kalian.
"Kak aku udah punya skill yang dibutuhkan untuk bisa kerja di posisinya, tapi waktu interview aku tetep kalah sama yang lebih rendah skillnya dari aku" Nah kalau gitu bisa jadi kalian kalah di proses interviewnya. Dikira interview visa gijinkoku itu sama dengan TG ya? Pertanyaan di interview gijinkoku biasanya lebih detil guys, bahkan pertanyaannya bisa lebih rumit dan terkadang mereka membutuhkan jawaban yang menarik supaya bisa ngeliat kalian itu orang yang tepat atau bukan. Selain itu kalian juga perlu punya skill menjual diri kalian waktu interview, kalau di Jepang sebutannya 自己PR (jiko PR) atau mempromosikan diri sendiri. Yakinkanlah perusahaan bahwa kalian itu orang yang tepat buat ngisi posisinya.
Itu aja kali ya yang ingin aku bahas kali ini. Kesimpulannya, skill bahasa Jepang aja ga cukup untuk kerja ke Jepang. Kita butuh softskill di bidangnya supaya kita bisa bersaing dengan pelamar lain. Point ini jarang banget aku mention jadi khawatir pada berfikir punya bahasa Jepang aja pasti bisa bertahan hidup disana. Ya ga beda jauh sih sama nyari kerja di Indonesia, tapi standarnya lebih tinggi aja. Tapi menurut kalian gimana guys mengenai softskill yang aku bahas tadi? Coba tulis dikolom komentar ya, aku mau denger pendapat kalian.
Komentar
No Comments To Display